tag:blogger.com,1999:blog-85014513852450708112024-03-12T20:33:14.056-07:00قصة الإسلامAmin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.comBlogger17125tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-87042818635935838602011-11-28T00:51:00.001-08:002011-11-28T00:51:25.770-08:00Keajaiban BasmalahSYAIKH MUHAMMAD AS-SANWANI, Grand Syaikh Al-Azhar Mesir yang ke-13,
dalam kitabnya yang bernama “Hasyiyah Ala Mukhtashar Ibnu Jamrah” yang
berisi penjelasan kitab Mukhtashar Shahih Bukhari, menulis beberapa
kisah nyata tentang keajaiban basmalah.<br />
Di antaranya, beliau menuturkan, “Suatu ketika Abu Hurairah ra.,salah
seorang sahabat nabi terkenal, bertemu dengan setan penggoda orang
mukmin dan setan penggoda orang kafir. Setan penggoda orang kafir itu
gemuk, segar, rapi, dan memakai baju bagus. Sedangkan setan penggoda
orang mukmin kurus, kering, kusut, dan telanjang.<br />
Setan gemuk itu bertanya pada setan penggoda kaum mukmin yang kurus,
“Kenapa keadaanmu menyedihkan, kau kurus kering, kusut dan telanjang ?”<br />
Setan kurus menjawab, “Aku bertugas menggoda orang mukmin yang selalu
berzikir dan membaca basmalah menyebut nama Allah. Ketika hendak makan
dan minum ia membaca basmalah menyebut nama Allah, maka aku tetap lapar
dan haus. Ketika memakai minyak ia menyebut nama Allah, maka aku tetap
kusut. Dan ketika memakai baju ia juga menyebut nama Allah sehingga aku
tetap telanjang ! “<br />
Setan gemuk menyahut, “Kalau begitu aku beruntung. Aku bersama orang
kafir yang tidak pernah menyebut nama Allah. Pada waktu makan ia tidak
menyebut nama Allah sehingga aku bisa makan bersamanya sampai puas.
Ketika minum dia juga tidak menyebut nama Allah sehingga aku bisa ikut
minum. Ketika memakai minyak ia tidak menyebut nama Allah sehingga aku
ikut minyakan. Dan ketika memakai pakaian ia tidak menyebut nama Allah
sehingga aku ikut memakai pakaiannya.”<br />
***<br />
Begitulah, betapa agung faidah membaca basmalah. Setan tidak bisa
ikut makan makanan orang yang membaca “Bismillahirrahmanirrahim !”<br />
Bahkan dalam sebuah hadis Rasulullah Saw bersabda, bahwa rumah yang
dibacakan basmalah maka setan tidak akan bercokol dan bermalam di
dalamnya.<br />
Baginda Rasulullah Saw mengajarkan agar umatnya memulai segala
perbuatan baiknya dengan membaca basmalah, menyebut nama Allah SWT. Agar
perbuatannya itu benar-benar penuh berkah, tidak diganggu setan dan
mendapatkan ridha dari Allah Yang Maha Rahman.Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-55877572482039834162011-11-28T00:49:00.003-08:002011-11-28T00:50:21.757-08:00ItsarAl itsar atau mengutamakan orang lain adalah tindakan yang disunahkan
oleh Rasulullah SAW. Perilaku ini merupakan wujud persaudaraan sejati
sesama Muslim. Itsar memiliki nilai yang mulia di sisi Allah.<br />
Suatu ketika ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW. Ia
bermaksud meminta bantuan kepada Nabi karena sedang dalam kesusahan.
Rasulullah kemudian menyuruh laki-laki itu untuk menemui salah satu
istrinya. Maka istri Rasul berkata, “Demi Allah yang telah mengutusmu
dengan hak, aku tidak mempunyai apapun kecuali air.” Mendengar itu,
Rasul menyuruh laki-laki itu kepada istri beliau yang lain. Ternyata,
hasilnya sama. Istri Rasulullah hanya punya air.<br />
Rasul kemudian bersabda di hadapan para sahabat, “Siapa yang mau
menjamu tamu pada malam ini?” Seorang laki-laki dari kaum Anshar
menyanggupinya. “Aku, ya Rasul.” Orang Anshar ini lalu membawa laki-laki
tersebut ke rumahnya.<br />
Sesampai di rumah ia berkata kepada istrinya, “Wahai istriku,
muliakanlah tamu Rasulullah ini. Apakah engkau punya sesuatu?” Istrinya
menjawab, “Tidak, kecuali makanan anak-anak kita.”<br />
Mendengar jawaban istrinya, orang Anshar ini tidak lantas mengusir
sang tamu. Ia berpesan kepada istrinya, “Hiburlah mereka (anak-anaknya).
Jika mereka mau makan malam maka tidurkanlah. Jika tamu kita sudah
masuk, matikanlah lampu dan perlihatkan kepadanya seolah-olah kita
sedang makan.”<br />
Tamu itu pun datang. Mereka semua duduk. Tamu itu pun makan dalam
keadaan gelap. Orang Anshar dan istrinya menemani sang tamu, seolah-olah
sedang makan pula. Akhirnya sahabat Anshar dan istrinya itu tidur dalam
keadaan lapar.<br />
Ketika waktu Subuh, sahabat Anshar ini menemui Rasulullah SAW dan
menceritakan perbuatannya. Nabi pun berkata, “Allah sungguh takjub
karena perbuatan engkau bersama istrimu tadi malam pada saat menjamu
tamu.” (Mutafaq alaih)<br />
Alangkah indah jika karakter itsar muncul sekarang. Apalagi banyak
anggota masyarakat yang mengalami kesusahan hidup. Itsar mendorong kita
untuk mau menekan ego dan mengorbankan kepentingan pribadi demi orang
lain.<br />
Memang tidak bisa dimungkiri, kini justru karakter mementingkan diri
sendiri yang mendominasi kehidupan kita. Namun, bukan berarti itsar
tidak bisa kita lakukan. <em>“… Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya….” </em>(QS Saba [34]: 39).Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-30268529744617589082011-11-28T00:49:00.001-08:002011-11-28T00:49:16.354-08:00Wahyu Terakhir Kepada Rasulullah SAWDiriwayatkan bahwa surah Al-Maaidah ayat 3 diturunkan pada sesudah
waktu asar yaitu pada hari Jumaat di padang Arafah pada musim haji
penghabisan [Wada']. Pada masa itu Rasulullah SAW berada di Arafah di
atas unta. Ketika ayat ini turun Rasulullah SAW tidak begitu jelas
penerimaannya untuk mengingati isi dan makna yang terkandung dalam ayat
tersebut. Kemudian Rasulullah SAW bersandar pada unta beliau, dan unta
beliau pun duduk perlahan-lahan. Setelah itu turun malaikat Jibril AS
dan berkata,<br />
“Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan
urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT
dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Oleh itu kamu kumpulkan
para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari
terakhir aku bertemu dengan kamu.” Setelah Malaikat Jibril AS pergi maka
Rasulullah SAW pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke Madinah.
Setelah Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat beliau, maka Rasulullah
SAW pun menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat Jibril AS.
Apabila para sahabat mendengar hal yang demikian maka mereka pun
gembira sambil berkata,<br />
“Agama kita telah sempurna. Agama kita telah sempurna.” Apabila Abu
Bakar ra. mendengar keterangan Rasulullah SAW itu, maka ia tidak dapat
menahan kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu
dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar ra. menangis dari pagi hingga ke
malam. Kisah tentang Abu Bakar ra. menangis telah sampai kepada para
sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di depan rumah Abu
Bakar ra. dan mereka berkata, “Wahai Abu Bakar, apakah yang telah
membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu
merasa gembira sebab agama kita telah sempuma.” Mendengarkan pertanyaan
dari para sahabat maka Abu Bakar ra. pun berkata, “Wahai para sahabatku,
kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu
tahu bahwa apabila sesualu perkara itu telah sempuma maka akan
kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahwa ia
menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah SAW. Hasan dan Husin
menjadi yatim dan para isteri nabi menjadi janda.”<br />
Selelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar ra. maka sadarlah
mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar ra., lalu mereka menangis
dengan sekuat-kuatnya. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat
yang lain, maka mereka pun terus memberitahu Rasulullah SAW tentang apa
yang mereka lihat itu. Berkata salah seorang dari para sahabat, “Ya
Rasulullah SAW, kami baru kembali dari rumah Abu Bakar ra. dan kami
dapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di depan rumah
beliau.” Apabila Rasulullah SAW mendengar keterangan dari para sahabat,
maka berubahlah muka Rasulullah SAW dan dengan bergegas beliau menuju ke
rumah Abu Bakar ra.. Setelah Rasulullah SAW sampai di rumah Abu Bakar
ra. maka Rasulullah SAW melihat kesemua mereka yang menangis dan
bertanya, “Wahai para sahabatku, kenapakah kamu semua menangis?.”
Kemudian Ali ra. berkata, “Ya Rasulullah SAW, Abu Bakar ra. mengatakan
dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat.
Adakah ini benar ya Rasulullah?.” Lalu Rasulullah SAW berkata, “Semua
yang dikatakan oleh Abu Bakar ra. adalah benar, dan sesungguhnya waktu
untuk aku meninggalkan kamu semua telah dekat”.<br />
Setelah Abu Bakar ra. mendengar pengakuan Rasulullah SAW, maka ia pun
menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pingsan. Sementara ‘Ukasyah
ra. berkata kepada Rasulullah SAW, ‘Ya Rasulullah, waktu itu saya anda
pukul pada tulang rusuk saya. Oleh itu saya hendak tahu apakah anda
sengaja memukul saya atau hendak memukul unta baginda.” Rasulullah SAW
berkata, “Wahai ‘Ukasyah, Rasulullah SAW sengaja memukul kamu.” Kemudian
Rasulullah SAW berkata kepada Bilal ra., “Wahai Bilal, kamu pergi ke
rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku ke mari.” Bilal keluar dari masjid
menuju ke rumah Fathimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala
dengan berkata, “Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas
[diqishash].”<br />
Setelah Bilal sampai di rumah Fathimah maka Bilal pun memberi salam
dan mengetuk pintu. Kemudian Fathimah ra. menyahut dengan berkata,
“Siapakah di pintu?.” Lalu Bilal ra. berkata, “Saya Bilal, saya telah
diperintahkan oleh Rasulullah SAW unluk mengambil tongkat
beliau.”Kemudian Fathimah ra. berkata, “Wahai Bilal, untuk apa ayahku
minta tongkatnya.” Berkata Bilal ra., “Wahai Fathimah, Rasulullah SAW
telah menyediakan dirinya untuk diqishash.” Bertanya Fathimah ra. lagi,
“Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash
Rasulullah SAW?” Bilal ra. tidak menjawab perlanyaan Fathimah ra.,
Setelah Fathimah ra. memberikan tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa
tongkat itu kepada Rasulullah SAW Setelah Rasulullah SAW menerima
tongkat tersebut dari Bilal ra. maka beliau pun menyerahkan kepada
‘Ukasyah.<br />
Melihatkan hal yang demikian maka Abu Bakar ra. dan Umar ra. tampil
ke depan sambil berkata, “Wahai ‘Ukasyah, janganlah kamu qishash baginda
SAW tetapi kamu qishashlah kami berdua.” Apabila Rasulullah SAW
mendengar kata-kata Abu Bakar ra. dan Umar ra. maka dengan segera beliau
berkata, “Wahai Abu Bakar, Umar dudukiah kamu berdua, sesungguhnya
Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua.” Kemudian Ali
ra. bangun, lalu berkata, “Wahai ‘Ukasyah! Aku adalah orang yang
senantiasa berada di samping Rasulullah SAW oleh itu kamu pukullah aku
dan janganlah kamu menqishash Rasulullah SAW” Lalu Rasultillah SAW
berkata, “Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah SWT telah
menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu.” Setelah itu Hasan dan
Husin bangun dengan berkata, “Wahai ‘Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu
bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah SAW, kalau kamu menqishash kami
sama dengan kamu menqishash Rasulullah SAW” Mendengar kata-kata cucunya
Rasulullah SAW pun berkata, “Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua.”
Berkata Rasulullah SAW “Wahai ‘Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak
memukul.”<br />
Kemudian ‘Ukasyah berkata, “Ya Rasulullah SAW, anda telah memukul
saya sewaktu saya tidak memakai baju.” Maka Rasulullah SAW pun membuka
baju. Setelah Rasulullah SAW membuka baju maka menangislah semua yang
hadir. Setelah ‘Ukasyah melihat tubuh Rasulullah SAW maka ia pun mencium
beliau dan berkata, “Saya tebus anda dengan jiwa saya ya Rasulullah
SAW, siapakah yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini adalah
sebab saya ingin menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah SWT
dengan badan saya. Dan Allah SWT menjaga saya dari neraka dengan
kehormatanmu.” Kemudian Rasulullah SAW berkata, “Dengarlah kamu
sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya.”
Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka
terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun
berkata, “Wahai ‘Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu,
engkau telah memperolehi derajat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah
SAW di dalam syurga.”<br />
Apabila ajal Rasulullah SAW makin dekat maka beliau pun memanggil
para sahabat ke rumah Aisyah ra. dan beliau berkata, “Selamat datang
kamu semua semoga Allah SWT mengasihi kamu semua, saya berwasiat kepada
kamu semua agar kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mentaati segala
perintahnya. Sesungguhnya hari perpisahan antara saya dengan kamu semua
hampir dekat, dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah
SWT dan menempatkannya di syurga. Kalau telah sampai ajalku maka
hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas hendaklah menuangkan
air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kamu
kafanilah aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki,
atau kafanilah aku dengan kain yaman yang putih. Apabila kamu memandikan
aku, maka hendaklah kamu letakkan aku di atas balai tempat tidurku
dalam rumahku ini. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar
meninggalkan aku. Pertama yang akan menshalatkan aku ialah Allah SWT,
kemudian yang akan menshalat aku ialah Jibril AS, kemudian diikuti oleh
malaikat Israfil, malaikat Mikail, dan yang akhir sekali malaikat lzrail
berserta dengan semua para pembantunya. Setelah itu baru kamu semua
masuk bergantian secara berkelompok bershalat ke atasku.”<br />
Setelah para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu
maka mereka pun menangis dengan nada yang keras dan berkata, “Ya
Rasulullah SAW anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan
untuk semua, yang mana selama ini anda memberi kekuatan dalam penemuan
kami dan sebagai penguasa yang menguruskan perkara kami. Apabila anda
sudah tiada nanti kepada siapakah akan kami tanya setiap persoalan yang
timbul nanti?.” Kemudian Rasulullah SAW berkata, “Dengarlah para
sahabatku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan
yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasihat
yang satu daripadanya pandai bicara dan yang satu lagi diam sahaja. Yang
pandai bicara itu ialah Al-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila
ada sesuatu persoalan yang rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu
semua kembali kepada Al-Quran dan Hadis-ku dan sekiranya hati kamu itu
berkeras maka lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati.”<br />
Setelah Rasulullah SAW berkata demikian, maka sakit Rasulullah SAW
bermula. Dalam bulan safar Rasulullah SAW sakit selama 18 hari dan
sering diziaiahi oleh para sahabat. Dalam sebuah kitab diterangkan bahwa
Rasulullah SAW diutus pada hari Senin dan wafat pada hari Senin. Pada
hari Senin penyakit Rasulullah SAW bertambah berat, setelah Bilal ra.
menyelesaikan azan subuh, maka Bilal ra. pun pergi ke rumah Rasulullah
SAW. Sesampainya Bilal ra. di rumah Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun
memberi salam, “Assalaarnualaika ya rasulullah.” Lalu dijawab oleh
Fathimah ra., “Rasulullah SAW masih sibuk dengan urusan beliau.” Setelah
Bilal ra. mendengar penjelasan dari Fathimah ra. maka Bilal ra. pun
kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fathimah ra. itu. Apabila
waktu subuh hampir hendak lupus, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumah
Rasulullah SAW dan memberi salam seperti permulaan tadi, kali ini salam
Bilal ra. telah di dengar oleh Rasulullah SAW dan baginda berkata,
“Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh
itu kamu suruhlah Abu Bakar mengimamkan shalat subuh berjemaah dengan
mereka yang hadir.” Setelah mendengar kata-kata Rasulullah SAW maka
Bilal ra. pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangan di atas
kepala dengan berkata, “Aduh musibah.”<br />
Setelah Bilal ra. sarnpai di masjid maka Bilal ra. pun memberitahu
Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah SAW katakan kepadanya. Abu
Bakar ra. tidak dapat menahan dirinya apabila ia melihat mimbar kosong
maka dengan suara yang keras Abu Bakar ra. menangis sehingga ia jatuh
pingsan. Melihatkan peristiwa ini maka riuh rendah tangisan sahabat
dalam masjid, sehingga Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra.;
“Wahai Fathimah apakah yang telah berlaku?.” Maka Fathimah ra. pun
berkata, “Kekecohan kaum muslimin, sebab anda tidak pergi ke masjid.”
Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali ra. dan Fadhl bin Abas ra., lalu
Rasulullah SAW bersandar kepada kedua mereka dan terus pergi ke masjid.
Setelah Rasulullah SAW sampai di masjid maka beliau pun bershalat subuh
bersama dengan para jemaah.<br />
Setelah selesai shalat subuh maka Rasulullah SAW pun berkata, “Wahai
kaum muslimin, kamu semua senantiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan
Allah, oleh itu hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan
mengerjakan segala perintahnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia
ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan
hari terakhir aku di dunia.” Setelah berkata demikian maka Rasulullah
SAW pun pulang ke rumah beliau. Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada
malaikat lzrail AS, “Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan
sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut ruhnya maka
hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut sekali. Apabila
kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah lerlebih dahulu, kalau ia
izinkan kamu masuk, maka masukiah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak
mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku.”<br />
Setelah malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah SWT maka
malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai orang Arab Badwi. Setelah
malaikat lzrail sampai di depan rumah Rasulullah SAW maka ia pun memberi
salam, “Assalaamu alaikum yaa ahla baitin nubuwwati wa ma danir
risaalati a adkhulu?” (Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu semua
sekalian, wahai penghuni rumah nabi dan sumber risaalah, bolehkan saya
masuk?) Apabila Fathimah mendengar orang memberi salam maka ia-pun
berkata; “Wahai hamba Allah, Rasulullah SAW sedang sibuk sebab sakitnya
yang semakin berat.” Kemudian malaikat lzrail berkata lagi seperti
dipermulaannya, dan kali ini seruan malaikat itu telah didengar oleh
Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra., “Wahai
Fathimah, siapakah di depan pintu itu.” Maka Fathimah ra. pun berkata,
“Ya Rasulullah, ada seorang Arab badwi memanggil mu, dan aku telah
katakan kepadanya bahwa anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia
memandang saya dengan tajam sehingga terasa menggigil badan saya.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata; “Wahai Fathimah, tahukah kamu siapakah
orang itu?.” Jawab Fathimah,”Tidak ayah.” “Dia adalah malaikat lzrail,
malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan
perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta
meramaikan kubur.” Fathimah ra. tidak dapat menahan air matanya lagi
setelah mengetahui bahwa saat perpisahan dengan ayahandanya akan
berakhir, dia menangis sepuas-puasnya. Apabila Rasulullah SAW mendengar
tangisan Falimah ra. maka beliau pun berkata, “Janganlah kamu menangis
wahai Fathimah, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan
bertemu dengan aku.” Kemudian Rasulullah SAW pun mengizinkan malaikat
lzrail masuk. Maka malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap,
“Assalamuaalaikum ya Rasulullah.” Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Wa
alaikas saalamu, wahai lzrail engkau datang menziarahi aku atau untuk
mencabut ruhku?” Maka berkata malaikat lzrail, “Kedatangan saya adalah
untuk menziarahimu dan untuk mencabut ruhmu, itupun kalau engkau
izinkan, kalau engkau tidak izinkan maka aku akan kembali.” Berkata
Rasulullah SAW, “Wahai lzrail, di manakah kamu tinggalkan Jibril?”
Berkata lzrail, “Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, para malaikat
sedang memuliakan dia.” Tidak beberapa lama kemudian Jibril AS pun turun
dan duduk di dekat kepala Rasulullah SAW.<br />
Apabila Rasulullah SAW melihat kedatangan Jibril AS maka Rasulullah
SAW pun berkata, “Wahai Jibril, tahukah kamu bahwa ajalku sudah dekat”
Berkata Jibril AS, “Ya aku tahu.” Rasulullah SAW bertanya lagi, “Wahai
Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku disisi Allah
SWT” Berkata Jibril AS, “Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka,
para malaikat bersusun rapi menanti ruhmu dilangit. Kesemua pintu-pintu
syurga telah dibuka, dan kesemua bidadari sudah berhias menanti
kehadiran ruhmu.” Berkata Rasulullah SAW, “Alhamdulillah, sekarang kamu
katakan pula tentang umatku di hari kiamat nanti.” Berkata Jibril AS,
“Allah SWT telah berfirman yang bermaksud,<br />
“Sesungguhnya aku telah melarang semua para nabi masuk ke dalam
syurga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua
umat memasuki syurga sebelum umatmu memasuki syurga.” Berkata
Rasulullah SAW, “Sekarang aku telah puas hati dan telah hilang rasa
susahku.” Kemudian Rasulullah SAW berkata, “Wahai lzrail, mendekatlah
kamu kepadaku.” Selelah itu Malaikat lzrail pun memulai tugasnya,
apabila ruh beliau sampai pada pusat, maka Rasulullah SAW pun berkata,
“Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati.” Jibril AS mengalihkan
pandangan dari Rasulullah SAW apabila mendengar kata-kata beliau itu.
Melihatkan telatah Jibril AS itu maka Rasulullah SAW pun berkata, “Wahai
Jibril, apakah kamu tidak suka melihat wajahku?” Jibril AS berkata,
“Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu dikala
kamu dalam sakaratul maut?” Anas bin Malik ra. berkata, “Apabila ruh
Rasulullah SAW telah sampai di dada beliau telah bersabda,<br />
“Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu semua menjaga shalat dan apa-apa
yang telah diperintahkan ke atasmu.” Ali ra. berkata, “Sesungguhnya
Rasulullah SAW ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan
kedua bibir beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga, saya
dengan Rasulullah SAW berkata, “Umatku, umatku.” Telah bersabda
Rasulullah SAW bahwa, “Malaikat Jibril AS telah berkata kepadaku; “Wahai
Muhammad, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sebuah laut di
belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang selalu membaca
selawat untukmu, kalau sesiapa yang mengambil seekor ikan dari laut
tersebut maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut
akan menjadi batu.”Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-80216965079076254422011-11-28T00:48:00.001-08:002011-11-28T00:48:28.741-08:00Pahlawan NerakaSuatu hari satu terjadi pertempuran antara pihak Islam dengan pihak
Musyrik. Kedua belah pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan
antara satu sama lain. Tiba saat pertempuran itu diberhentikan seketika
dan kedua pihak kembali ke markas masing-masing. Di sana Nabi Muhammad
SAW dan para sahabat berkumpul membincangkan pertempuran yang telah
terjadi itu. Peristiwa yang baru mereka alami itu masih terbayang-bayang
di benak mereka. Dalam perbincangan itu, mereka begitu kagum dengan
salah seorang dari sahabat mereka yaitu, Qotzman. Dalam pertempuran
dengan musuh mereka, dia kelihatan seperti singa yang lapar menerkam
mangsanya. Dengan keberaniannya itu, dia menjadi buah bibir waktu itu.
<br />
“Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qotzman,” kata salah seorang sahabat.<br />
Mendengar perkataan itu, Rasulullah SAW pun menjawab, “Sebenarnya dia itu adalah golongan penduduk neraka.”<br />
Para sahabat heran mendengar jawapan Rasulullah SAW. Bagaimana
seorang yang telah berjuang dengan begitu gagah menegakkan Islam masuk
ke dalam neraka. Para sahabat saling berpandangan dengan lainnya
mendengar jawapan Rasulullah itu. Rasulullah sadar para sahabat tidak
percaya begitu saja, kemudian baginda berkata, “Semasa Qotzman dan
Aktsam ikut dalam medan perang bersama-sama, Qotzman mengalami luka
parah akibat ditikam oleh musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Dengan
segera Qotzman meletakkan pedangnya ke atas tanah, manakala mata pedang
itu pula dihadapkan ke dadanya. Lalu dia terus membenamkan mata pedang
itu ke dalam dadanya.”<br />
“Dia melakukan perbuatan itu adalah karena dia tidak tahan menanggung
kesakitan akibat dari luka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan
karena melawan musuhnya, tetapi bunuh diri. Melihat keadaannya yang
parah, orang menyangka dia sebagai ahli surga. Tetapi dia menunjukkan
dirinya sebagai penduduk neraka.” Menurut Rasulullah SAW lagi, sebelum
dia mati, Qotzman mengatakan, “Demi Allah aku berperang bukan karena
agama tetapi untuk menjaga kehormatan kota Madinah supaya tidak
dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku berperang untuk membela kehormatan
kaumku. Kalau tidak karena itu, aku tidak akan berperang.”Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-13747896693908073522011-11-28T00:46:00.001-08:002011-11-28T00:47:31.660-08:00Wanita Pertama Yang Masuk SurgaDan siapakah nama wanita itu? Dia adalah Muti’ah.
<br />
Kaget? Sama seperti Siti Fatimah ketika itu, yang mengira dirinyalah yang pertama kali masuk surga.<br />
Siapakah Muti’ah? Karena rasa penasaran yang tinggi, Siti Fatimah pun
mencari seorang wanita yang bernama Muti’ah ketika itu. Beliau juga
ingin tahu, amal apakah yang bisa membuat wanita itu bisa masuk surga
pertama kali? Setelah bertanya-tanya, akhirnya Siti Fatimah mengetahui
rumah seorang wanita yang bernama Muti’ah. Kali ini ia ingin
bersilaturahmi ke rumah wanita tersebut, ingin melihat lebih dekat
kehidupannya. Waktu itu, Siti Fatimah berkunjung bersama dengan anaknya
yang masih kecil, Hasan. Setelah mengetuk pintu, terjadilah dialog.<br />
“Di luar, siapa?” kata Muti’ah tidak membukakan pintu.<br />
“Saya Fatimah, putri Rasulullah”<br />
“Oh, iya. Ada keperluan apa?”<br />
“Saya hanya berkunjung saja”<br />
“Anda seorang diri atau bersama dengan lainnya?”<br />
“Saya bersama dengan anak saya, Hasan?”<br />
“Maaf, Fatimah. Saya belum mendapatkan izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki”<br />
“Tetapi Hasan masih anak-anak”<br />
“Walaupun anak-anak, dia lelaki juga kan? Maaf ya. Kembalilah besok, saya akan meminta izin dulu kepada suami saya”<br />
“Baiklah” kata Fatimah dengan nada kecewa. Setelah mengucapkan salam, ia pun pergi.<br />
Keesokan harinya, Siti Fatimah kembali berkunjung ke rumah Muti’ah.
Selain mengajak Hasan, ternyata Husein (saudara kembar Hasan) merengek
meminta ikut juga. Akhirnya mereka bertiga pun berkunjung juga ke rumah
Muti’ah. Terjadilah dialog seperti hari kemarin.<br />
“Suami saya sudah memberi izin bagi Hasan”<br />
“Tetapi maaf, Muti’ah. Husein ternyata merengek meminta ikut. Jadi saya ajak juga!”<br />
“Dia perempuan?”<br />
“Bukan, dia lelaki”<br />
“Wah, saya belum memintakan izin bagi Husein.”<br />
“Tetapi dia juga masih anak-anak”<br />
“Walaupun anak-anak, dia juga lelaki. Maaf ya. Kembalilah esok!”<br />
“Baiklah” Kembali Siti Fatimah kecewa.<br />
Namun rasa penasarannya demikian besar untuk mengetahui, rahasia
apakah yang menyebabkan wanita yang akan dikunjunginya tersebut
diperkanankan masuk surga pertama kali. Akhirnya hari esok pun tiba.
Siti Fatimah dan kedua putranya kembali mengunjungi kediaman Mutiah.
Karena semuanya telah diberi izin oleh suaminya, akhirnya mereka pun
diperkenankan berkunjung ke rumahnya. Betapa senangnya Siti Fatimah
karena inilah kesempatan bagi dirinya untuk menguak misteri wanita
tersebut.<br />
Menurut Siti Fatimah, wanita yang bernama Muti’ah sama juga seperti
dirinya dan umumnya wanita. Ia melakukan shalat dan lainnya. Hampir
tidak ada yang istimewa. Namun, Siti Fatimah masih penasaran juga.
Hingga akhirnya ketika telah lama waktu berbincang, “rahasia” wanita itu
tidak terkuak juga. Akhirnya, Muti’ah pun memberanikan diri untuk
memohon izin karena ada keperluan yang harus dilakukannya.<br />
“Maaf Fatimah, saya harus ke ladang!”<br />
“Ada keperluan apa?”<br />
“Saya harus mengantarkan makanan ini kepada suami saya”<br />
“Oh, begitu”<br />
Tidak ada yang salah dengan makanan yang dibawa Muti’ah yang
disebut-sebut sebagai makanan untuk suaminya. Namun yang tidak habis
pikir, ternyata Muti’ah juga membawa sebuah cambuk.<br />
“Untuk apa cambuk ini, Muti’ah?” kata Fatimah penasaran.<br />
“Oh, ini. Ini adalah kebiasaanku semenjak dulu”<br />
Fatimah benar-benar penasaran. “Ceritakanlah padaku!”<br />
“Begini, setiap hari suamiku pergi ke ladang untuk bercocok tanam.
Setiap hari pula aku mengantarkan makanan untuknya. Namun disertai
sebuah cambuk. Aku menanyakan apakah makanan yang aku buat ini enak atau
tidak, apakah suaminya seneng atau tidak. Jika ada yang tidak enak,
maka aku ikhlaskan diriku agar suamiku mengambil cambuk tersebut
kemudian mencambukku. Ini aku lakukan agar suamiku ridlo dengan diriku.
Dan tentu saja melihat tingkah lakuku ini, suamiku begitu tersentuh
hatinya. Ia pun ridlo atas diriku. Dan aku pun ridlo atas dirinya”<br />
“Masya Allah, hanya demi menyenangkan suami, engkau rela melakukan hal ini, Muti’ah?”<br />
“Saya hanya memerlukan keridloannya. Karena istri yang baik adalah
istri yang patuh pada suami yang baik dan sang suami ridlo kepada
istrinya”<br />
“Ya… ternyata inilah rahasia itu”<br />
“Rahasia apa ya Fatimah?” Mutiah juga penasaran.<br />
“Rasulullah Saw mengatakan bahwa dirimu adalah wanita yang
diperkenankan masuk surga pertama kali. Ternyata semua gara-gara baktimu
yang tinggi kepada seorang suami yang sholeh.”<br />
Subhanallah.Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-24238198597845857312011-11-26T23:59:00.001-08:002011-11-26T23:59:58.231-08:00Khalifah Umar Bin Khatab dan Gubernur Miskin<strong></strong>Khalifah Umar bin Khattab berniat menggantikan gubernur Syam yang semula dipercayakan kepada Muawiyah. Penggantinya yang diinginkan Khalifah adalah Said bin Amir Al-Jumahi. “Aku ingin memberimu amanah menjadi gubernur,” kata Umar kepada Said. Said berkata, “Jangan kau jerumuskan aku ke dalam fitnah, wahai Amirul Mukminin. Kalian mengalungkan amanah ini di leherku kemudian kalian tinggal aku.” Umar mengira bahwa Said menginginkan gaji, “Kalau begitu, kita berikan untukmu gaji.” Said menjawab, “Allah telah memberiku rizki yang cukup bahkan lebih dari yang kuinginkan.”<br />
Begitulah kursi gubernuran yang ditolak oleh Said dengan halus. Walau akhirnya dia harus menunjukkan ketaatannya kepada Khalifah dengan menaati keinginan Umar yang tetap bersiteguh untuk mengangkatnya sebagai gubernur Syam. Akhirnya hari yang ditentukan untuk keberangkatannya ke Syam tiba. Dari Madinah dia berangkat beserta istrinya menuju tempat tugasnya yang baru.<br />
Sesampainya di Syam, Said memulai hari-harinya dengan amanah baru, menjadi gubernur Syam. Hingga suatu saat Said terlilit kebutuhan yang memerlukan uang. Sementara tidak ada uang pribadinya yang bisa dia pakai. Sementara itu di Madinah Umar mendapatkan tamu utusan dari Syam. Mereka datang untuk melaporkan beberapa kebutuhan dan urusan mereka sebagai rakyat yang hidup di bawah kekhilafahan Umar bin Khattab.<br />
Umar berkata, “Tuliskan nama-nama orang miskin di tempat kalian.”<br />
Mereka pun menuliskan nama-nama orang yang membutuhkan bantuan dari negara. Tulisan itu diserahkan kepada Umar. Dengan agak terkejut, Umar menemui sebuah nama. Said.<br />
“Apakah ini Said gubernur kalian?”<br />
“Ya, itu Said gubernur kami.” “Dia termasuk daftar orang-orang miskin?” tanya Umar lagi mempertegas.<br />
“Ya,” jawab mereka meyakinkan.<br />
Umar kemudian mengambil sebuah kantong dari kain yang terikat ujungnya. “Berikan ini kepada gubernur kalian,” kata Umar sambil memberikan kantong itu kepada mereka.<br />
Rombongan itu akhirnya kembali ke Syam. Setelah sampai, mereka menyampaikan amanah dari Umar itu kepada Said gubernur mereka.<br />
Sore harinya Said pulang ke rumah. Dia membuka kantong tersebut tanpa sepengetahuan istrinya. Dan ternyata kantong tersebut berisi uang seribu dinar. Jumlah yang tidak sedikit. “Innalillahi wainna ilaihi rojiun,” katanya lirih. Ternyata istrinya mendengar perkataan tersebut. “Apakah amirul mukminin meninggal?” tanya istrinya. “Tidak, tetapi musibah yang lebih besar dari itu,” kata Said. “Maukah engkau membantuku?” sambung Said. “Tentu,” jawab istrinya. “Dunia telah memasuki diriku untuk merusak akhiratku,” kata Said.<br />
Esok paginya, Said memanggil orang kepercayaannya untuk membagikan uang itu kepada para janda, anak yatim dan orang miskin yang membutuhkan. Tanpa tersisa sedikit pun. Barulah istrinya memahami kata-kata Said, “Dunia telah memasuki diriku untuk merusak akhiratku.”<br />
Begitulah. Dan memang Said selalu berusaha untuk menjadikan dunia yang dimilikinya untuk membeli akhirat. Agar mendapatkan bidadari surga.<br />
Ketika suatu hari istrinya menuntut uang yang diberikan dari kakhilafahan, sementara uang itu telah habis disumbangkan kepada orang lain. Hingga tuntutannya itu membuat Said tersiksa. Said berusaha menghindari istrinya beberapa hari dengan selalu pulang malam. Agar dia tidak mendengar lagi tuntutan istrinya.<br />
Sampai istrinya akhirnya tahu bahwa hartanya telah habis dibagikan cuma-cuma. Sang istri menangisi kepergian harta itu. Dan inilah yang dikatakan Said kepada istri tercintanya, “Sebenarnya istriku, dulu aku mempunyai teman-teman yang kini telah lebih dulu meninggalkanku. Aku tidak rela setelah mereka pergi aku bergelimang harta. Dan kemudian bidadari surga itu jika muncul di langit dunia akan menerangi seluruh penduduk bumi dan sinarnya itu akan memadamkan sinar matahari dan rembulan. Pakaian yang dia pakai lebih baik daripada dunia seisinya. Maka aku lebih memilih dirimu untuk menjadi bidadariku di surga nanti.” Kata-kata ini membuat istrinya Said ridho.<br />
Kehidupan seorang gubernur Said bin Amir tidak hanya terhenti sampai tingkat kesenangannya membagikan harta. Kalau kita menengok dalam rumahnya lebih ke dalam lagi, kita akan menjumpai kehidupan seorang gunernur yang tak kita jumpai hari ini. Gubernur yang sangat zuhud kepada dunia, tidak merasa begitu perlu dengan harta, maka mustahil kalau dia rela memakan harta rakyatnya.<br />
Inspeksi mendadak yang dilakukan Umar ke Syam akan mengantarkan kita kepada kisah-kisah dalam rumah tangga Said. Begitu sampai Himsa, Umar mengumpulkan penduduk kota tersebut dan bertanya, “Wahai penduduk Himsa, bagaimana kalian mendapati gubernur kalian?” Jawaban mereka cukup mengejutkan, “Kami mengeluhkan empat hal. Pertama, dia selalu keluar kepada kami setelah siang datang.” “Ini berat,” kata Umar. “Kemudian apa?” tanya Umar kembali.<br />
“Kedua, dia tidak melayani siapa pun yang datang malam hari.”<br />
“Ini juga masalah serius, kemudian apa lagi?”<br />
“Ketiga, ada satu hari dalam satu bulan dimana dia tidak keluar sama sekali untuk menemui kami.”<br />
“Ini tidak boleh dianggap enteng, kemudian yang keempat?”<br />
“Dia terkadang pingsan ketika bersama kami.”<br />
Mendengar aduan ini, Umar tidak bisa tinggal diam. Dia merasa perlu untuk cepat menyelesaikan permasalahan yang timbul antara pejabatnya itu dengan rakyatnya. Itulah pemimpin mulia yang langsung mendengar masalah rakyatnya dan langsung memberikan solusi konkrit dan bukan pepesan kosong serta janji memuakkan. Umar membuat pertemuan akbar antara Said sebagai gubernur dan rakyatnya yang siap mengadili gubernur mereka.<br />
“Ya Allah, jangan Engkau kecewakan prasangka baikku selama ini kepadanya.”<br />
Kata Umar membuka pertemuan, “Baiklah, apa yang kalian keluhkan?”<br />
“Pertama, Said tidak keluar menemui kami kecuali setelah siang datang menjelang.”<br />
Said angkat bicara, “Demi Allah sesungguhnya aku tidak suka menjawabnya. Aku tidak mempunyai pembantu, maka aku harus mengadoni roti sendiri, kemudian aku tunggu sampai adonan itu mengambang dan kemudian aku panggang hingga menjadi roti, kemudian aku wudhu dan baru keluar.’<br />
“Terus apa lagi?”<br />
“Kedua, Said tidak mau melayani yang datang kepadanya di malam hari.”<br />
“Apa jawabmu, wahai Said?”<br />
“Sesungguhnya aku tidak suka menjawabnya. Aku menjadikan siang hariku untuk mereka dan aku menjadikan malamku untuk Allah Azza Wajalla saja.”<br />
“Kemudian apa lagi?”<br />
“Ada satu hari tertentu dimana dia tidak keluar sama sekali dari rumahnya.”<br />
“Apa komentarmu?”<br />
“Aku tidak mempunyai pembantu yang mencucikan pakaianku. Sementara aku tidak memiliki pakaian yang lain. Maka aku mencucinya sendiri dan aku tunggu sampai kering, selanjutnya aku keluar kepada mereka saat sudah sore.”<br />
“Selanjutnya apa lagi?”<br />
“Said suka pingsan.”<br />
“Aku menyaksikan meninggalnya Khubaib Al-Anshari di Mekah. Kematiannya sangat tragis di tangan orang-orang kafir Quraisy. Mereka menyayat-nyayat dagingnya kemudian menyalibnya di pohon kurma. Orang Quraisy itu meledek, “Khubaib, apakah kamu rela jika Muhammad sekarang yang menggantikanmu untuk disiksa?” Khubaib menjawab, “Demi Allah, kalau saya berada tenang dengan keluarga dan anakku, kemudian Muhammad tertusuk duri sungguh aku tidak rela.” Ketika itu aku masih dalam keadaan kafir dan menyaksikan Khubaib disiksa sedemikian rupa. Dan aku tidak bisa menolongnya. Setiap ingat itu, aku sangat khawatir bahwa Allah tidak mengampuniku untuk selamanya. Jika ingat itu, aku pingsan.”<br />
Umar berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakan prasangka baikku kepadanya.”Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-36793725283748114272011-11-26T23:56:00.001-08:002011-11-26T23:56:40.613-08:00Lima Wasiat Abu Bakar Ash-Shiddiq<strong></strong>Sahabat Rasul SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq, berkata, ”Kegelapan itu ada lima dan pelitanya pun ada lima. Jika tidak waspada, lima kegelapan itu akan menyesatkan dan memerosokkan kita ke dalam panasnya api neraka. Tetapi, barangsiapa teguh memegang lima pelita itu maka ia akan selamat di dunia dan akhirat.”<br />
Kegelapan pertama adalah cinta dunia (hubb al-dunya). Rasulullah bersabda, ”Cinta dunia adalah biang segala kesalahan.” (HR Baihaqi). Manusia yang berorientasi duniawi, ia akan melegalkan segala cara untuk meraih keinginannya. Untuk memeranginya, Abu Bakar memberikan pelita berupa takwa. Dengan takwa, manusia lebih terarah secara positif menuju jalan Allah, yakni jalan kebenaran.<br />
Kedua, berbuat dosa. Kegelapan ini akan tercerahkan oleh taubat nashuha (tobat yang sungguh-sungguh). Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya bila seorang hamba melakukan dosa satu kali, di dalam hatinya timbul satu titik noda. Apabila ia berhenti dari berbuat dosa dan memohon ampun serta bertobat, maka bersihlah hatinya. Jika ia kembali berbuat dosa, bertambah hitamlah titik nodanya itu sampai memenuhi hatinya.” (HR Ahmad). Inilah al-roon (penutup hati) sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Muthaffifin (83) ayat 14.<br />
Ketiga, kegelapan kubur akan benderang dengan adanya siraj (lampu penerang) berupa bacaan laa ilaaha illallah, Muhammad Rasulullah. Sabda Nabi SAW, ”Barangsiapa membaca dengan ikhlas kalimat laa ilaaha illallah, ia akan masuk surga.” Para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulallah, apa wujud keikhlasannya?” Beliau menjawab, ”Kalimat tersebut dapat mencegah dari segala sesuatu yang diharamkan Allah kepada kalian.”<br />
Keempat, alam akhirat sangatlah gelap. Untuk meneranginya, manusia harus memperbanyak amal shaleh. QS Al-Bayyinah (98) ayat 7-8 menyebutkan, orang yang beramal shaleh adalah sebaik-baik makhluk, dan balasan bagi mereka adalah surga ‘Adn. Mereka kekal di dalamnya.<br />
Kegelapan kelima adalah shirath (jembatan penyeberangan di atas neraka) dan yaqin adalah penerangnya. Yaitu, meyakini dan membenarkan dengan sepenuh hati segala hal yang gaib, termasuk kehidupan setelah mati (eskatologis). Dengan keyakinan itu, kita akan lebih aktif mempersiapkan bekal sebanyak mungkin menuju alam abadi (akhirat). Demikian lima wasiat Abu Bakar. Semoga kita termasuk pemegang kuat lima pelita itu, sehingga menyibak kegelapan dan mengantarkan kita ke kebahagiaan abadi di surga. Amin. (Nur Iskandar, Republika, Hikmah )Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-20603636016442389072011-11-26T23:55:00.000-08:002011-11-26T23:55:00.757-08:00Sentuhan Jiwa: Mata Air Hunain<strong></strong>Berapa pun kali kisah ini dibaca tetap saja, rasa haru menyeruak khususnya saat Rasulullah memberikan tausyiah pada kaum Anshar yang merasa tak dihargai perjuangannya. Saat kaum Anshar cemburu pada Rasulullah yang memberikan ghanimah (harta rampasan perang) amat besar kaumnya (Quraisy) dibandingkan Anshar. Kebersihan hati Kaum Anshar, keridhaan, pengorbanan dan kecintaan mereka atas keputusan Rasulullah ini patut ditiru. Semoga kita dianugerahi hati dan keikhlasan seperti kaum Anshar yang senantiasa menolong agama Allah tanpa pamrih kecuali cinta Allah dan Rasul-Nya semata<br />
**<br />
<strong>Mata Air Hunain</strong><br />
Perang Badar baru saja selesai. Namun, peristiwa itu tidak mungkin hilang begitu saja dari benak fikiran para sahabat. Ini karena Badar merupakan pengalaman mereka yang pertama dalam keramaian genderang perang.<br />
Ketika perang Hunain berakhir dengan kemenangan kaum muslimin, Rasulullah SAW dan kaum muslimin mendapatkan harta rampasan perang yang melimpah. Perang ini berlaku pada tahun ke-8 hijrah. Dengan penaklukan kota Mekah, kaum kuffar Arab akhirnya bergabung, bersedia menyerang kaum muslimin. Bahkan, mereka turut membawa anak isteri mereka juga harta benda yang mereka miliki. Perang yang akan merka tempuh seolah-olah perang pertarungan harga diri sehingga mereka harus membawa semua yang mereka miliki untuk berada dalam kafilah perang mereka.<br />
Di pihak lain, kaum muslimin yang berjumlah 10 ribu orang anggota yang telah menyerbu dan menakluk kota Mekah sudah bersiap sedia berangkat ke Hunain. Pasukan ini telah pun ditambah dengan dua ribu orang mualaf, orang yang baru masuk Islam dari penduduk Mekah. Sebuah penghormatan dan harga diri kadang kala menjadi suatu yang amat berharga sehingga apaun yang dimiliki dapat dikerahkan untuk mendapatklan kembali harga diri tersebut. Begitulah yang terjadi kepada orang-orang Arab yang merasa kehormatannya diragut oleh umat Islam Madinah yang berhasil menduduki dan menakluk kota Mekah.Puncak perjuangan kaum kuffar untuk kembali merebbut kehormatan dan harga diri mereka adalah dengan menentang umat Islam.<br />
Jumlah pasukan Islam yang banyak yang bersedia untuk berperang melawan kuffar Arab iaitu dalam 12 ribu orang telah menimbulkan sikap ghurur (bangga diri) pada sebagian kaum muslimin. Mereka beranggapan bahwa jumlah pasukan umat Islam yang besar akan mudah mengalahkan pasukan kuffar Arab sehingga mereka meremehkan kekuatan musuh. Penyakit ghurur ini menjadikan maknawiyah pasukan Islam menjadi kendur. Mereka kurang bersandar kepada Allah sebagai sumber kekuatan. Hal ini karena secara manusiawi mereka jauh lebih besar daripada pasukan musuh sehingga tidak terdorong atau melupakan bahwa sumber kemenangan adalah daripada Allah SWT, sama seperti maknawiyah kafir Quraisy ketika mereka menghadapi pasukan Islam di Badar. Akan tetapi, mereka yang sudah ditempa dengan tarbiyah Rasulullah SAW tergerak dan segera menyusun kembali barisan untuk menguasai keadaan sehingga pertempuran itu berakhir dengan kemenangan.<br />
Kemenangan kaum muslimin mendatangkan banyak harta rampasan perang dan tawanan, 6 ribu orang tawanan, 24 ribu unta, 40 ribu lebih kambing, dan 4 ribu lebih uqiyah perak.<br />
<strong>Pembagian Harta Rampasan Perang</strong><br />
Ketika perang berakhir dan setelah beberapa lama Rasulullah menunggu kaum Hawazin yang mungkin datang untuk menebus tawanan mereka di Ji’ranah. Rasulullah SAW membagi-bagikan harta rampasan perang kepada para muallaf, pemuka Mekah yang belum lama masuk Islam, dengan jumlah yang cukup besar untuk mengikat hati mereka.<br />
Abu Sufyan diberi 40 uqiyah dan 100 ekor unta, kemudian Abu Sufyan ,meminta bagian anaknya, Yazid. Rasulullah SAW meluluskan permintaan Abu Sufyan itu dengan memberikan anaknya jumlah yang sama seperti yang beliau perolehi. Begitu juga dengan anaknya yang bernam Mu’awiyah. Rasulullah SAW memberikannya dengan jumlah yang sama. Kepada Hakim bin Hizam, Rasulullah SAW memberikan 100 ekor unta, kemudian dia meminta lagi dan memberikannya tambahan 100 ekor lagi. Shafwan bin Umayyah diberi 100 ekor unta, kemudian 100 ekor lagi, dan ditambah lagi dengan 100 ekor.<br />
Al-Haritsah bin Al-Harits bin Kaladah diberi 100 ekor unta dan beberapa pemuka Quraisy yang lain juga memperolehinya. Selain mereka, ada juga yang mendapat 50 ekor unta, 10 ekor unta, 5, 4, sehingga dikhabarkan bahwa Rasulullah memberikan setiap muallaf yang meminta atau minta tambahan bagian dan baginda tidak takut miskin. Orang-orang Arab berkerumun meminta bagian harta sampai baginda terdesak ke pohon pokok hingga baju baginda terlepas. Baginda berkata, “ Wahai kalian, kembalikan bajuku, demi Zat yang diriku di tangan-Nya, andaikan aku memiliki tanaman di Tihamah, maka aku akan memberikannya kepada kalian dan kalian tidak memanggilku sebagai orang kikir, takut, dan berdusta”.<br />
Kemudian, bagindapun berdiri di samping unta miliknya sambil memegang sebiji gandum dan bersabda, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak lagi menyisakan harta rampasan kalian, termasuk biji gandum ini, kecuali seperlimanya dan seperlima itupun sudah aku serahkan kepada kalian”.<br />
Setelah membagikan rampasan kepada para muallaf, kepada orang-orang yang baru masuk Islam dan kepada orang yang hatinya masih lemah, Nabi Muhammad SAW memanggil Zaid bin Tsabitagar mengumpulkan sisa harta rampasan perang serta memanggil semua sahabat. Masing-masing sahabat mendapat 4 ekor unta dan 40 ekor kambing. Untuk penunggang kuda, diberikan 12 ekor unta dan 120 ekor kambing.<br />
Pembagian ini berdasarkan pertimbangan yang sangat matang dan bijaksana. Di dunia, seseorang lebih mampu menerima kebenaran melalui perutnya daripada akalnya, sebagaimana binatang yang digiring ke kandangnya dengan memancingnya melalui dedaunan. Begitu juga manusia yang memerlukan variasi bujukan untuk menyusupkan keimanan.<br />
<strong>Komentar Terhadap Tindakan Rasulullah SAW</strong><br />
Tindakan dan langkah baginda tidak difahami oleh sebagian sahabat sehingga timbul berbagai komentar yang tidak sedap didengar. Di antara sahabat yang tidak dapat menerima tindakan Rasulullah SAW ini adalah orang-orang Ansar, padahal merekalah yang paling banyak dilibatkan oleh Rasulullah pada saat-saat krisis hingga suasana pertempuran yang mula kelihatan kalah menjadi sebaliknya dapat dikuasai keadaan. Mereka tidak menerima bagian daripada harta rampasan perang Hunain.<br />
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, ia berkata, “Setelah Rasulullah SAW membagi-bagikan bagian rampasan perang kepada orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilah Arab, sedangkan orang-orang Ansar tidak mendapat bagian apa-apa, maka kemudian tersebarlah berita-berita di antara mereka, ada yang berkata, “Demi Allah, Rasulullah SAW telah bertemu kaumnya sendiri”.<br />
Lalu Saad bin Ubadah datang ke tempat baginda seraya berkata, “Wahai Rasulullah, di hati orang-orang Ansar ada perasaan tidak puas hati terhadap engkau karena pembagian harta rampasan perang yang telah engkau lakukan. Engkau membagi-bagikannya kepada kaum engkau sendiri dan engkau memberikan bagian yang amat besar kepada beberapa kabilah Arab, sedangkan orang-orang Ansar itu tidak mendapat apa-apa”.<br />
Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Kalau demikian keadaannya, engkau berpihak kepada siapa wahai Saad?” Saad pun menjawab, “Wahai Rasulullah, tidak ada pilihan lain kecuali aku ikut bersama kaumku”.<br />
“Kalau begitu kumpulkan kaummu di tempat ini!” kata Rasulullah SAW kepada Saad.<br />
Kemudian Saad mengumpulkan semua orang Ansar di tempat yang ditunjukkan Rasulullah. Ada beberapa Muhajirin hendak ikut masuk, namun mereka tidak diperkenankan masuk daan hanya orang-orang Ansar sahaja yang masuk ke dalam tempat itu. Setelah semua orang Ansar telah berkumpul, maka Saad memberitahu Nabi SAW dan baginda pun datang berjumpa dengan mereka.<br />
<strong>Taujih Rasulullah SAW</strong><br />
Setelah memuji dan mengagungkan Allah, baginda bersabda, “Wahai kaum Ansar, aku sempat mendengar berita-berita dari kalian dan dalam diri kalian ada perasaan tidak puas hati terhadapku. Bukankah dulu aku datang ketika kalian dalam keadaan sesat dan Allah memberikan petunjuk kepada kalian? Bukankah dahulu kalian adalah miskin lalu Allah membuat kalian menjadi kaya dan hati kalian bersatu?”<br />
Mereka menjawab, “Begitulah, Allah dan rasul-Nya lebih murah hati dan banyak kurnianya”.<br />
“Apakah kalian tidak ingin memenuhi seruanku wahai orang Ansar?”<br />
Mereka menjawab, “Dengan apa kami harus memenuhi seruanmu wahai Rasul? Segala anugerah dan kurnianya hanyalah milik Allah dan Rasul-Nya”.<br />
Lalu baginda bersabda, “Demi Allah, jika kalian mahu, kalian perlu membenarkan dan dibenarkan, maka kalian boleh katakan, “Engkau telah datang kepada kami ketika engkau didustakan kaum engkau, kami menerima engkau. Ketika engakau dalam keadaan lemah, kamilah yang menolong engkau. Ketika engkau diusir, kamilah yang memberikan tempat. Ketika engkau dalam keadaan papa, kamilah yang menampung engkau”.<br />
Setelah mengingatkan orang-orang Ansar bahwa mereka lebih berjasa kepada Rasulullah SAW dari orang-orang Quraisy, baginda kemudian bersabda, “Apakah di dalam hati kalian masih terdetik hasrat kepada dunia yang dengan keduniaan itu sebenarnya aku hendak mengambil hati segolongan orang agar masuk Islam. Sementara terhadap keislaman kalian aku tidak lagi meragukannya? Wahai sahabat Ansar, apakah di hati kalian tidak berkenan jika mereka membawa pulang kambing dan unta, sedangkan kalian pulang bersama Rasulullah ke tempat tinggal kalian?”<br />
Demi Zat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, kalau bukan karena hijrah, tentu aku termasuk golongan Ansar. Jika para sahabat menempuh suatu jalan di celah gunung dan orang-orang Ansar menempuh suatu celah yang lain, tentu aku akan memilih celah yang dilalui oleh orang Ansar. Ya Allah, rahmatilah orang-orang Ansar, anak-anak Ansar, dan cucu orang-orang Ansar”.<br />
Setelah mendengar taujih dari Rasulullah SAW yang mengajak mereka mendahulukan akhirat dan nikmat yang besar, mereka pun menitiskan air mata hingga janggut mereka basah lembab dengan air mata sambil berkata, “Kami redha tindakan Rasulullah dalam urusan bagian dan pembagian. Setelah itu, mereka puas dan kembali ke tempat mereka semula”.<br />
<strong>Renungan Peristiwa Hunain</strong><br />
Kejadian pembagian rampasan perang ini merupakan tarbiyah bagi para sahabat. Kadang kala ketika kita merasa sudah banyak berbuat untuk dakwah, maka kita merasa bahwa kita berhak atas semua keuntungan duniawi dari dakwah. Oleh itu, seperti kejadian Hunain, sebagian sahabat merasa bahwa mereka lebih berhak atas rampasan perang Hunain dibandingkan dengan orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam ketika Fath Al-Makkah.<br />
Ketika hati kita dipenuhi dengan rasa protes karena kita merasa bahwa jasa kita tidak dihargai, maka prasangka pun akan menghinggapi hati kita sehingga dugaan buruk terhadap lain menguasai kita, seperti yang berlaku kepada orang-orang Ansar pada peristiwa pembagian harta rampasan perang.<br />
Yang lebih berbahaya adalah jika kekecewaan atas tindakan itu menular kepada orang lain sehingga suasana ukhrawi tidak terlihat. Yang ada sebaliknya, ejekan disebabkan kekecewaan dan tidak puas hati terhadap qiyadah. Jika keadaan ini tidak cepat diselesaikan dengan penjelasan-penjelasan oleh pihak qiyadah, maka tidak mustahil keadaan ini akan bertambah parah menjadi pergaduhan atau perpecahan.<br />
Di pihak yang lain, sebagai seorang qiyadah, Rasulullah SAW menyedari bahwa tidak seluruh landasan tindakannya diketahui oleh para sahabat. Oleh itu, baginda berinisiatif untuk menjelaskan i’tibarat, dan konsider kepada para tentera. Ini perlu cepat dilakukan agar keadaan tidak bertambah teruk. Semakin cepat akan semakin baik, kecuali jika ada program atau rancangan yang lebih efektif untuk menyelesaikan keadaan seperti itu.<br />
Kejadian Hunain telah berlalu sekian lama, tetapi pelajaran dan hikmah yang dapat diambil sentiasa mengalir bagai air dari pergunungan yang dapat menyegarkan dan menghilangkan rasa haus generasi penerus perjuangan. Mudah-mudahan Allah masih membuka hati kita agar kita dapat melihat sesuatu dengan benar dan hati pun tidak terfitnah, terjangkit penyakit dari keadaan yang sam,a dengan keadaan yang dialami oleh sahabt-sahabat Ansar pada masa-masa pertama perjuangan Islam.<br />
Wallahu a’lam.Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-83388960443962246512011-11-26T23:53:00.001-08:002011-11-26T23:53:52.577-08:00Saat – saat Kritis Umar ra dan WasiatnyaDisebutkan bahwa Umar ra ditikam setelah mengatakan, “Dirikanlah shaf – shaf kalian!” kepada orang – orang di masjid dan baru hendak melakukan takbhiratul-ihram. Akibat tikaman itu Umar roboh. Umar pun digotong menuju rumahnya. Saat itu matahari hampir terbit. Abdurrahman langsung menggantikan Umar ra mengimami shalat subuh dengan membaca surat pendek pada kedua rakaatnya.<br />
Dalam waktu yang kritis itu, orang – orang segera memberikan nabiz kepada Umar. Namun, nabiz yang diminumkan itu keluar lewat luka – luka bekas tikaman. Mereka pun lalu meminumkan susu, tapi susu itu juga keluar dari lukanya. Melihat demikian orang – orang menenangkanya, “Tak ada yang perlu engkau khawatirkan.”<br />
Umar pun berkata, “Tentu, sebab sekiranya ada yang pelu dikhawatirkan karena pembunuhan, pasti sekarang aku sudah mati terbunuh!”<br />
“Demi Allah!” Umar melanjutkan perkataannya, “Aku ingin, ketika aku meninggalkan dunia ini, aku berada dalam keadaan dengan rezeki apa adanya. Tiada kewajiban yang harus aku bayar dan hak yang harus kuambil. Sungguh persahabatanku dengan Rasulullah saw, suci murni.”<br />
Saat itu terdengar Ibnu Abbas ra memuji Umar. Umar ra berkata, “Seandainya aku memiliki emas sepenuh bumi ini, sungguh akan aku pergunakan untuk menebus diriku dari malapetaka hari kiamat. Adapun perkara kekhalifahan, aku serahkan pada permusyawaratan Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, az-Zubair ibnul Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqash. “<br />
Umar ra pun memerintahkan Shuhaib untuk mengimami shalat. (mungkin maksudnya shalat Dhuhur dst-pen)<br />
Dalam saat – saat kritis itu, Umar juga mengatakan, “Segala puji bagi Allah, yang telah tidak menentukan kematianku di tangan orang yang mengaku dirinya muslim.” Umar kemudian memanggil putranya, Abdullah dan berkata, “Wahai Abdullah, periksalah berapa jumlah hutangku semua!” Setelah dihitung, ternyata jumlah hutang Umar sebanyak 86 ribu atau sekitar itu. Maka Umar berkata, “ Jika harta keluarga Umar cukup untuk menutupi utang – utang tersebut, bayarlah dengan harta mereka! Namun bila tidak cukup, tolong minta sisanya kepada bani Addi. Dan bila masih tidak cukup juga, tolong minta kepada kaum Quraisy!”<br />
Umar kemudian menyuruh Abdullah, “Dan sekarang, wahai Abdullah, pergilah kamu menjumpai Ummul Mukminin, Aisyah, dan katakan kepadanya bahwa Umar mohon diizinkan untuk dimakamkan bersama kedua sahabatnya (Rasulullah saw dan Abu Bakar ra).”<br />
Abdullah segera menemui Aisyah ra dan menyampaikan pesan ayahnya. Aisyah pun berkata, “Sebenarnya, tempat itu ingin kuperuntukkan untuk diriku sendiri, akan tetapi pada hari ini aku lebih mengutamakan Umar daripada diriku.”<br />
Abdullah kemudian kembali kepada ayahnya untuk memberitahukan baahwa Ummul Mukminin memperkenankan permintaanya. Mendengar hal itu, Umar mengucapkan. “Alhamdulillah.” Ketika itu ada salah seorang yang hadir di sana dan mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin, angkat dan wasiatkanlah bagi kami seorang khalifah penggantimu!”<br />
Umar menjawab, “Aku tidak melihat seorangpun yang lebih pantas dalam masalah ini selain beberapa orang yang pada saat Rasulullah saw wafat, beliau ridha terhadap mereka.” Umar ra lantas menyebutkan enam nama sahabat, yaitu Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, az-Zubair ibnul Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqash.<br />
Ikut hadir bersama mereka Abdullah bin Umar, akan tetapi ia tidak menentukan apa – apa dalam perkara ini.<br />
Selain itu Umar ra juga mewasiatkan seperempat dari hartanya. Wasiat Umar kepada Khalifah Sesudahnya Aku wasiatkan kepadamu untuk bertakwa kepada Allah swt. Yang tiada sekutu bagi-Nya. Aku wasiatkan kepadamu agar memperlakukan kaum Muhajirin yang terdahulu dengan baik, yaitu dengan menghormati mereka karena hijrah mereka. Aku wasiatkan agar engkau memperlakukan kaum anshar dengan baik, sambutlah kebaikan mereka dan maafkanlah kesalahan mereka. Aku wasiatkan agar engkau memperlakukan penduduk setiap kota dengan baik karena mereka adalah penolong Islam, pemanas hati musuh, dan pemungut cukai. Janganlah engkau memungut pajak mereka jika kalau karena kebaikan mereka memberikannya. Aku wasiatkan agar engkau memperlakukan penduduk desa dengan baik karena mereka adalah asal bangsa Arab dan termasuk Maddatul Islam. Hendaklah engkau mengambil yang berlebih dari harta benda orang – orang kaya diantara mereka untuk kemudian engkau serahkan kepada fakir miskin diantara mereka. Aku wasiatkan agar engkau memperlakukan ahludz dzimmah (kafir zimmi) dengan baik, membela mereka dari serangan musuh mereka, dan jangan engkau membebani mereka dengan sesuatu yang diluar kemampuan mereka. Lakukan hal itu bila mereka menunaikan kewajiban kepada kaum muslimin baik secara suka rela maupun terpaksa. Aku wasiatkan kepadamu untuk bertakwa kepada Allah, berhati – hatilah dari –Nya dan takut akan murka – Nya. Aku wasiatkan kepadamu agar takut kepada Allah dalam menjaga hak manusia dan jangan takut kepada manusia dalam menjaga hak Allah swt. Aku wasiatkan kepadamu agar berlaku adil kepada rakyat. Curahkanlah pikiran, tenaga, dan waktumu untuk memenuhi kebutuhan mereka, serta janganlah engkau lebih mengutamakan si kaya daripada si miskin. Semua itu adalah pemberi ketentraman bagi hatimu dan penghapus dosamu. Kebaikan akan menjadi balasan perbuatanmu itu. Aku perintahkan engkau untuk bertindak tegas dalam masalah yang menyangkut perintah, batasan – batasan, larangan – larangan Allah, baik kepada orang yang dekat maupun orang yang jauh denganmu. Jangan engkau kasihani seorangpun yang menyalahi perintah Allah karena bila itu terjadi, maka engkau telah ikut melanggar kehormatan Allah, sama sepertinya. Bersikaplah sama rata kepada semua orang, dan jangan sampai celaan orang yang mencela memalingkan engkau dari jalan Allah. Janganlah sekali – sekali engkau menunjukan rasa suka dan bersikap lebih mendahulukan kepentingan diri sendiri daripada orang lain pada harta rampasan yang diamanahkan Allah kepadamu untuk orang – orang mukmin. Hal itu akan membuatmu bertindak aniaya dan zalim dan dengan begitu engkau telah mengharamkan kepada dirimu sendiri dari apa yang telah Allah halalkan untukmu. Sesungguhnya engkau telah berada di salah satu kedudukan dunia dan akhirat. Bila dalam kehidupan duniamu engkau berusaha berpaling dan zuhud dari hal – hal yang dihalalkan oleh Allah kepadamu, berarti engkau telah mengerjakan iman dan ridha di dunia. Namun jika hawa nafsu dapat mengalahkanmua, maka engau telah mengerjakan yang dimurkai Allah. Aku wasiatkan kepadamu, jangan engkau izinkan dirimu, begitu pula selain dirimu untuk menzalimi ahludz dzimmah. Aku wasiatkan kepadamu, menganjurkan, dan menasehatimu untuk mencari keridhaan Allah dan keberuntungan di akhirat. Akau pilih menunjukimu dengan hal – hal yang juga aku pakai untuk menunjuki dan juga anaku. Sekiranya engkau melaksanakan nasehatku dan menjalankan perintahku, maka engkau akan memperoleh bagian yang berlimpah dan keuntungan yang memadai. Namun jika engkau tidak menerima dan tidak peduli akan nasihatku, dan juga tidak bermusyawarah dengan orang lain untuk – masalah – masalah besar yang karenanya Allah akan ridha padamu, sesungguhnya yang demikian adalah suatu aib dirimu. Padahal pendapatmu sendiri belum tentu benar karena hawa nafsumu ikut serta di sana. Peminpin segala dosa adalah iblis, ialah yang menyerukan kebinasaan. Iblislah yang telah menyesatkan dan menggiring generasi – generasi terdahulu ke dalam neraka. Akan menjadi yang paling buruk bila seseorang berlindung kepada musuh Allah, musuh yang menyeru untuk bermaksiat kepada-Nya. Tunggangilah kebenaran dan ceburkan dirimu dalam kesusahpayahan menuju kebenaran. Jadilah engkau penasihat bagi dirimu sendiri. Demi Allah, aku berharap ketika engkau berdoa, semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kaum muslimin, engkau juga menghormati yang tua, menyayangi anak kecil, serta memuliakan ulama – ulama mereka. Janganlah engkau memukul mereka karena hal itu akan membuat mereka merasa rendah dan terhina. Jangan memonopoli kharaj karena jika itu dilakukan, sama saja engkau menyulut kemarahan mereka. Jangan menghalangi pemberian – pemberian diperuntukkan mereka karena hal itu akan menjatuhkanmu dalam kemiskinan. Jangan mengumpulkan mereka untuk tujuan – tujuan tertentu atau menghalangi mereka untuk kembali kepada keluarga mereka karena hal itu akan memutuskan keturunan mereka. Janganlah engkau membiarkan harta kekayaan mereka berputar di antara orang – orang kaya saja. Buka pintu rumahmu untuk menerima pengaduan mereka, agar yang kuat di antara mereka tidak memakan yang lemah. Inilah wasiatku, dan aku persaksikan kepada Allah keselamatan bagimu.<br />
***<br />
(Sumber : Mahmud al-Humawi, Zuhair. Washaaya wa ‘Izhaat Qiilat fi Aakhiril-Hayaat / Wasiat – wasiat akhir hayat dari Rasulullah, Abu Bakar dll, Jakarta : Gema Insani Press, 2003)Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-46072043863878732712011-11-26T23:51:00.000-08:002011-11-26T23:51:05.586-08:00Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari KiamatIni adalah sekelumit “kisah masa depan”, ketika seluruh manusia berkumpul di hari kiamat. Kisah ini disampaikan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam kisah itu diceritakan bahwa Allah mengumpulkan seluruh manusia dari yang pertama hingga yang terakhir dalam satu daratan. Pada hari itu matahari mendekat kepada mereka, dan manusia ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mereka tidak kuasa menahannya.<br />
Lalu di antara mereka ada yang berkata, “Tidakkah kalian lihat apa yang telah menimpa kita, tidakkah kalian mencari orang yang bisa memberikan syafa’at kepada Rabb kalian?”<br />
Yang lainnya lalu menimpali, “Bapak kalian adalah Adam AS.”<br />
Akhirnya mereka mendatangi Adam lalu berkata, “Wahai Adam, Anda bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, dan meniupkan ruh kepadamu, dan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau syafa’ti kami kepada Rabb-mu? Apakah tidak kau saksikan apa yang menimpa kami?”<br />
Maka Adam berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya Dia telah melarangku untuk mendekati pohon (khuldi) tapi aku langgar. Nafsi nafsi (aku mengurusi diriku sendiri), pergilah kalian kepada selainku, pergilah kepada Nuh AS.”<br />
Lalu mereka segera pergi menemui Nuh AS dan berkata, “Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama yang diutus ke bumi, dan Allah telah memberikan nama kepadamu seorang hamba yang bersyukur (abdan syakuro), tidakkah engkau saksikan apa yang menimpa kami, tidakkah engkau lihat apa yang terjadi pada kami? Tidakkah engkau beri kami syafa’at menghadap Rabb-mu?”<br />
Maka Nuh berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Sesungguhnya aku punya doa, yang telah aku gunakan untuk mendoakan (celaka) atas kaumku. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Ibrahim AS!”<br />
Lalu mereka segera menemui Ibrahim dan berkata, “Wahai Ibrahim, engkau adalah Nabi dan kekasih Allah dari penduduk bumi, syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang menimpa kami?”<br />
Maka Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya aku telah berbohong tiga kali. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Musa AS!”<br />
Lalu mereka segera pergi ke Musa, dan berkata, “Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberikan kelebihan kepadamu dengan risalah dan kalam-Nya atas sekalian manusia. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”<br />
Lalu Musa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah marah seperti ini sesudahnya. Dan sesungguhnya aku telah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Isa AS!”<br />
Lalu mereka pergi menemui Isa, dan berkata, “Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang dilontarkan kepada Maryam, serta ruh dari-Nya. Dan engkau telah berbicara kepada manusia semasa dalam gendongan. Berilah syafa’at kepada kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”<br />
Maka Isa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Muhammad SAW!”<br />
Akhirnya mereka mendatangi Muhammad SAW, dan berkata, “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang lalu maupun yang akan datang. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu, tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”<br />
Lalu Nabi Muhammad SAW pergi menuju bawah ‘Arsy. Di sana beliau bersujud kepada Rabb, kemudian Allah membukakan kepadanya dari puji-pujian-Nya, dan indahnya pujian atas-Nya, sesuatu yang tidak pernah dibukakan kepada seorangpun sebelum Nabi Muhammad. Kemudian Allah SWT berkata kepada Muhammad, “Wahai Muhammad, angkat kepalamu, mintalah, niscaya kau diberi, dan berilah syafa’at niscaya akan dikabulkan!”<br />
Maka Muhammad SAW mengangkat kepalanya dan berkata, “Ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku!”<br />
Lalu disampaikan dari Allah kepadanya, “Wahai Muhammad, masukkan ke surga di antara umatmu yang tanpa hisab dari pintu sebelah kanan dari sekian pintu surga, dan mereka adalah ikut memiliki hak bersama dengan manusia yang lain pada selain pintu tersebut dari pintu-pintu surga.”<br />
***<br />
Di dalam kisah ini, Rasulullah SAW juga menceritakan bahwa lebar jarak antara kedua sisi pintu surga itu, bagaikan jarak Makkah dan Hajar, atau seperti jarah Makkah dan Bushro. Hajar adalah nama kota besar pusat pemerintahan Bahrain. Sedangkan Bushro adalah kota di Syam. Bisa kita bayangkan, betapa tebalnya pintu-pintu surga itu..<br />
Itulah sekelumit kisah nyata di masa depan ketika hari kiamat. Pada hari itu, Rasulullah SAW memberi syafa’at kepada ummatnya. Pada hari itu Rasulullah SAW menjadi sayyid (tuan)nya manusia. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW.<br />
***<br />
Maraji’ : Hadits Riwayat Bukhari – MuslimAmin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-59551581503303455152011-11-26T23:49:00.001-08:002011-11-26T23:49:28.792-08:00Ridha IllahiPada suatu hari, Nabi Musa as bermaksud menemui Tuhan di Bukit Sinai. Mengetahui maksud Musa, seorang yang sangat saleh mendatanginya, “Wahai Kalimullah, selama hidup saya telah berusaha untuk menjadi orang baik. Saya melakukan shalat, puasa, haji, dan kewajiban agama lainnya. Untuk itu, saya banyak sekali menderita. Tetapi tidak apa; saya hanya ingin tahu apa yang Tuhan persiapkan bagiku nanti. Tolong tanyakan kepada-Nya!”<br />
“Baik,” kata Musa seraya melanjutkan perjalanannya. Ia berjumpa dengan seorang pemabuk di pinggir jalan. “Mau ke mana? Tolong tanyakan pada Tuhan nasibku. Aku peminum, pendosa. Aku tidak pernah shalat, puasa, atau amal saleh lainnya. Tanyakan kepada Tuhan apa yang dipersiapkan-Nya untukku.” Musa menyanggupi untuk menyampaikan pesan dia kepada Tuhan.<br />
Ketika kembali dari Sinai, ia menyampaikan jawaban Tuhan kepada orang saleh, “Bagimu pahala besar, yang indah-indah.” Orang saleh itu berkata, “Saya memang sudah menduganya.” Kepada si pemabuk, Musa berkata, “Tuhan telah mempersiapkan bagimu tempat yang paling buruk.” Mendengar itu si pemabuk bangkit, dengan riang menari-nari. Musa heran mengapa ia bergembira dijanjikan tempat yang paling jelek.<br />
“Alhamdulillah. Saya tidak peduli tempat mana yang telah Tuhan persiapkan bagiku. Aku senang karena Tuhan masih ingat kepadaku. Aku pendosa yang hina-dina. Aku dikenal Tuhan! Aku kira tidak seorang pun yang mengenalku,” ucap pemabuk itu dengan kebahagiaan yang tulus. Akhirnya nasib keduanya di Lauh Mahfuzh berubah. Mereka bertukar tempat. Orang saleh di neraka dan orang durhaka di surga.<br />
Musa takjub. Ia bertanya kepada Tuhan. Jawaban Tuhan demikian: “Orang yang pertama, dengan segala amal salehnya, tidak layak memperoleh anugerah-Ku, karena anugerah-Ku tidak dapat dibeli dengan amal saleh. Orang yang kedua membuat Aku senang, karena ia senang pada apa pun yang Aku berikan kepadanya. Kesenangannya kepada pemberian-Ku menyebabkan Aku senang kepadanya.”<br />
Sandungan pertama dalam perjalanan menuju kesucian adalah ridha dengan diri sendiri. Kita merasa sudah banyak beramal, dan karena itu berhak untuk memperoleh segala anugerah Tuhan. Ketika kita mengalami kesulitan, kita berusaha keras untuk mengatasinya—lahir dan batin, lalu kita mohon pertolongan Allah. Dengan segala usaha itu, kita merasa berhak untuk mendapatkan pertolongan-Nya. Tuhan berkewajiban untuk melayani kita. Ketika yang kita tunggu tidak juga datang, kita marah kepada-Nya sambil berargumentasi, “Apalagi yang harus aku lakukan? Apa tidak cukup semua pengorbanan yang telah kuberikan?”<br />
<em>“Janganlah kamu memberi dan menganggap pemberianmu sudah banyak,</em>” firman Tuhan (Al-Qur’an 74: 6). Janganlah kamu berkata sudah semua kamu kerjakan. Setiap kali kamu berkata seperti itu, ingatlah, belum banyak yang kamu kerjakan. Secara lahiriah, merasa telah banyak berbuat membuat orang putus asa. Karena putus asa, ia tidak mau berbuat lagi. Seluruh geraknya terhenti. Secara batiniah, merasa telah berbuat banyak menjatuhkan tirai gelap yang menutup karunia Tuhan. Ia mengandalkan amalnya dan meremehkan pemberian Tuhan. Pada hakikatnya, ia masih berkutat dengan dirinya. Ia tidak berjalan menuju Tuhan. Ia berputar-putar di sekitar egonya. Ia tidak mencari ridha Tuhan. Ia mengejar ridha dirinya.<br />
Kepuasan akan diri telah banyak membinasakan para salik sepanjang sejarah. Hal yang sama telah melemahkan semangat para pejuang kebenaran. Mereka merasa telah berkorban habis-habisan, tetapi hasilnya tidak ada. Anda dapat menemukan perasaan ini pada orang-orang saleh di sudut mesjid dan juga pada para demonstran reformis di simpang jalan. Yang pertama menghapuskan ibadatnya, yang kedua menyia-nyiakan pengorbanan kawan-kawannya.<br />
Kepada siapa saja di antara Anda yang taat beribadat, bacalah doa ini setelah shalat Anda: “Tuhanku, ampunan-Mu lebih diharapkan dari amalku. Kasih-Mu lebih luas dari dosaku. Jika dosaku besar di sisi-Mu, ampunan-Mu lebih besar dari dosa-dosaku. Jika aku tidak berhak untuk meraih kasih-Mu, kasih-Mu pantas untuk mencapaiku dan meliputiku, karena kasih-sayang-Mu meliputi segala sesuatu. Dengan rahmat-Mu, wahai Yang Paling Pengasih dari segala Yang Mengasihi.”<br />
Kepada siapa saja di antara Anda yang sedang berjuang menegakkan kebenaran, tetapi Anda sudah letih dan merasa tidak berdaya, bacalah doa Nabi Muhammad SAW, ketika ia berlindung di kebun Utbah dengan kaki berlumuran darah, “Ya Allah, kepada-Mu aku adukan kelemahan diriku, ketidak-berdayaanku, dan kehinaanku di mata manusia. Wahai yang Mahakasih dan Mahasayang, wahai Tuhan orang-orang yang tertindas. Kepada tangan siapa akan Kau serahkan daku? Kepada orang jauh yang memperlakukanku dengan buruk? Atau kepada musuh yang Kau berikan kepadanya kekuasaan untuk melawanku? Semuanya aku tidak peduli, asalkan Engkau tidak murka kepadaku. Anugerah-Mu bagiku lebih agung dan lebih luas. Aku berlindung pada cahaya ridha-Mu, yang menyinari kegelapan. Janganlah murka-Mu turun kepadaku. Janganlah marah-Mu menimpaku. Kecamlah daku sampai Engkau ridha. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali melalui-Mu.”<br />
***Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-78254513409966430062011-11-26T23:46:00.000-08:002011-11-26T23:46:23.638-08:00Tak Ada Jalan Untuk Maksiat<b></b>Ibrahim bin Adham bercerita bahwa ia pernah didatangi seorang laki-laki yang berkata kepadanya: “Wahai Abu Ishak (Ibrahim bin Adham)! Saya seorang yang banyak berdosa, seorang yang dzalim. Sudikah kiranya Tuan mengajari saya hidup zuhud, agar Alloh menerangi jalan hidup saya dan melembutkan hati saya yang kesat ini.”<br />
Ibrahim bin Adham menjawab, “Kalau kau dapat memegang teguh enam perkara berikut ini, niscaya engkau akan selamat.”<br />
“Apa itu?” Tanyanya.<br />
“Pertama, bila engkau bermaksiat, janganlah engkau memakan rizki Alloh.”<br />
“Jika di seluruh penjuru bumi ini, baik di barat maupun di timur, didarat maupun di laut, di kebun dan di gunung-gunung, ada rizki Alloh, maka dari mana aku makan?”<br />
“Wahai Saudaraku, pantaskah engkau memakan rizki Alloh, sementara engkau melanggar peraturan-Nya?”<br />
“ Tidak, demi Alloh! Lalu, apa yang kedua?”<br />
“Kedua, bila engkau bermaksiat kepada Alloh, janganlah engkau tinggal di negeri-Nya!”<br />
Lelaki itu menukas, “Tuan Ibrahim, demi Alloh yang kedua ini lebih berat.bukankah bumi ini milik-Nya? Kalau demikian halnya, dimana aku harus tinggal?”<br />
“Patutkah engkau makan rizki Alloh dan tinggal di bumi-Nya padahal engkau melakukan maksiat kepada-Nya?”<br />
“Tidak, Tuan Guru!”<br />
“Ketiga, jika engkau hendak berbuat maksiat, janganlah engkau lupakan Alloh yang Maha Melihat dan beranggapanlah bahwa Dia lalai kepadamu!”<br />
“Tuan Guru, bagaimana mungkin bisa begitu, padahal Alloh Maha Mengetahui segala rahasia dan melihat setiap hati nurani.”<br />
“Layakkah engkau menikmati rizki-Nya, tinggal di bumi-Nya dan maksiat kepada-Nya sedangkan Alloh melihat dan mengawasimu?”<br />
“Tentu saja tidak, wahai Tuan Guru.Lantas apa yang keempat?”<br />
“Apabila datang kepadamu malaikat maut, hendak mencabut nyawamu, maka katakan kepada malaikat itu, tunggulah dulu, aku akan bertobat.”<br />
Lelaki itu menjawab, “Tuan Guru, itu tidak mungkin dan ia tak mungkin mengabulkan permintaanku.”<br />
Ibrahim bertutur, “Kalau engkau sadar bahwa engkau tak mungkin mampu menolak keinginannya, maka tentu ia akan datang kepadamu kapan saja, mungkin sebelum engkau bertobat.”<br />
“Benar ucapan Guru! Sekarang apa yang kelima?”<br />
“Kelima, bilamana datang mungkar dan Nakir kepadamu, lawanlah kedua malaikat itu d engan seluruh kekuatanmu, bila kau mampu.”<br />
“Itu tidak mungkin, mustahil Tuan Guru.”<br />
Ibrahim bin Adham kemudian melanjutkan, ” Keenam, bila esok engkau berada di sisi Alloh SWT, dan Alloh menyuruhmu masuk neraka, katakanlah: Ya Alloh, aku tidak bersedia.”<br />
“Wahai Tuan Guru, cukuplah. Cukuplah nasihatmu!” Jawab lelaki itu, dan iapun pergi.<br />
***<br />
<ul><li>Dari : Anekdot-anekdot sufi Abdurrahaman Al-Jauzi</li>
</ul>Penerbit Al-Bayan 1995Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-80899487825605127192011-04-06T06:33:00.000-07:002011-04-06T06:33:38.631-07:00TIPS “PACARAN YANG ISLAMI”<span style="font-size: large;"><b>TIPS “PACARAN YANG ISLAMI”</b></span><br />
1. Jangan berduaan dengan pacar di tempat sepi, kecuali ditemani mahram dari sang wanita (jadi bertiga)<br />
“Janganlah seorang laki-laki berkholwat (berduaan) dengan seorang wanita kecuali bersama mahromnya…”[HR Bukhori: 3006,523, Muslim 1341, Lihat Mausu’ah Al Manahi Asy Syari’ah 2/102]<br />
“Tidaklah seorang lelaki bersepi-sepian (berduaan) dengan seorang perempuan melainkan setan yang ketiganya“ (HSR.Tirmidzi)<br />
<br />
2. Jangan pergi dengan pacar lebih dari sehari semalam kecuali si wanita ditemani mahramnya<br />
“Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian sehari semalam tidak bersama mahromnya.” [HR Bukhori: 1088, Muslim 1339]<br />
<br />
3. Jangan berjalan-jalan dengan pacar ke tempat yang jauh kecuali si wanita ditemani mahramnya<br />
“…..jangan bepergian dengan wanita kecuali bersama mahromnya….”[HR Bukhori: 3006,523, Muslim 1341]<br />
<br />
4. Jangan bersentuhan dengan pacar, jangan berpelukan, jangan meraba, jangan mencium, bahkan berjabat tangan juga tidak boleh, apalagi yang lebih dari sekedar jabat tangan<br />
”Seandainya kepala seseorang di tusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Hadits hasan riwayat Thobroni dalam Al-Mu’jam Kabir 20/174/386 dan Rauyani dalam Musnad: 1283, lihat Ash Shohihah 1/447/226)<br />
Bersabda Rasulullahi Shallallahu ‘alaihi wassallam: “Sesungguhnya saya tidak berjabat tangan dengan wanita.” [HR Malik 2/982, Nasa’i 7/149, Tirmidzi 1597, Ibnu Majah 2874, ahmad 6/357, dll]<br />
<br />
5. Jangan memandang aurat pacar, masing-masing harus memakai pakaian yang menutupi auratnya<br />
“Katakanlah kepada orang-orang beriman laki-laki hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya..” (Al Qur’an Surat An Nur ayat 30)<br />
“…zina kedua matanya adalah memandang….” (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)<br />
<br />
6. Jangan membicarakan/melakukan hal-hal yang membuat terjerumus kedalam zina<br />
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek” (Al Qur’an Surat Al Isra 32)<br />
“Kedua tangan berzina dan zinanya adalah meraba, kedua kaki berzina dan zinanya adalah melangkah, dan mulut berzina dan zinanya adalah mencium.” (H.R. Muslim dan Abu Dawud)<br />
<br />
7. Jangan menunda-nunda menikah jika sudah saling merasa cocok<br />
“Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya”. (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).<br />
“Yang paling banyak menjerumuskan manusia ke-dalam neraka adalah mulut dan kemaluan.” (H.R. Turmudzi dan dia berkata hadits ini shahih.)<br />
<b><span style="font-size: small;">WARNING:</span></b><br />
sebenarnya banyak ulama dan ustadz yang mengharamkan pacaran, misalnya saja ustadz Muhammad Umar as Sewed. jadi sebaiknya segera menikahlah dan jangan berpacaran…<br />
<br />
Bagi yang sudah terlanjur berbuat dosa maka bertaubatlah dan jangan putus asa, Allah pasti mengampuni hambanya yang bertaubat dan memohon ampun…Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-35224439606365002832011-02-08T18:12:00.000-08:002011-02-08T18:12:07.211-08:00NABI SALEH<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td valign="top" width="636"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td colspan="5" valign="top" width="647"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td width="646"><div><span style="font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: large;"><b><i>NABI SALEH</i></b></span></div></td></tr>
<tr><td width="646"><div align="left"><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Bangsa Ad sudah lenyap binasa, karena dosa yang mereka perbuat. Negeri mereka sudah tandus dan kosong. Tetapi lama kelamaan di negeri itu terdapat satu bangsa yang menempati dan mendiaminya. Bangsa baru ini dinamakan dalam al-Quran, bangsa Tsamud. Merekalah yang berkuasa di atas bumi yang dikuasai oleh bangsa Ad dahulu itu.<br />
Negeri itu dibinanya kembali, sehingga menjadi negeri yang makmur, lebih makmur lagi dari zaman bangsa Ad yang sudah lenyap itu. Penuh dengan kebun kebun, taman taman yang indah permai, dengan hasil yang berlipat ganda. Berdirilah kembali rumah rumah dan gedung gedung yang besar dan molek merupakan istana istana yang indah. Malah bukit bukit yang tinggi itu mereka lubangi menjadi rumah tempat tinggal yang teratur. Dengan rumah yang berupakan benteng benteng perlindungan yang kukuh kuat itu, mereka maksudkan dapat menjaga keselamatan diri dan keluarga mereka dari berbagai-bagai gangguan manusia dan alam. Hidup bangsa Tsamud ini penuh dengan harta kekayaan, senang bahagia tidak kekurangan suatu apa.<br />
Hanya seperkara, sebagaimana juga bangsa Ad dahulu, mereka lupa sama sekali kepada Tuhan, tidak kenal sama sekali kepada Allah. Karena itu lama kelamaan mereka semakin jahat, jauh dari segala yang baik, malah menjadi sombong sesombong sombongnya dengan harta dan kekayaan yang mereka miliki itu. Mereka kira yang harta kekayaan mereka itu akan kekal di tangan mereka, kesenangan dan kebahagiaan hidup mereka akan tetap selamanya. Lalu mereka berbuat sekehendak hati mereka sendiri, menyembah dan memuja pula terhadap batu batu yang mereka buat sendiri merupakan patung. Tepat sebagaimana yang sudah terjadi di zaman Ad.<br />
Kepada mereka lalu diutus Allah pula seorang Utusan, Saleh namanya. Untuk membawa mereka mengenal Allah, mensyukuri nikmat Allah, meninggalkan menyembah batu batu yang tidak berhak disembah itu.</span></div></td></tr>
<tr><td height="10" width="646"><img alt="" height="10" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="1" /></td></tr>
</tbody></table></td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="5"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="5" /></td><td bgcolor="#006600" width="4"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="4" /></td><td width="5"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="5" /></td><td valign="top" width="209"><div><span style="font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: small;"><div><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Terhadap semua apa juga yang disampaikan Nabi Saleh itu, mereka menutup telinga dan memejamkan mata, tidak mahu tahu dan percaya. Nabi Saleh mereka pandang seorang yang tidak sepatutnya menasihati mereka, karena merekalah yang lebih pintar dan pandai, lebih kaya, terhormat dan berkuasa, kata mereka.<br />
Hanya sebahagian kecil yang terdiri dari orang-orang melarat tingkatan rendah saja yang mahu mendengarkan dan menurut ajaran itu. Sedang yang lain jangankan akan mengikuti dan tunduk, malah Nabi Saleh mereka anggap tidak siuman otaknya, kena sihir atau dimasuki Setan, katanya. Kalau memang perlu nabi, maka kamilah yang pantas menjadi nabi, karena kami lebih pintar dan lebih mulia dalam masyarakat daripada engkau, kata mereka kepada Saleh.<br />
Sungguhpun begitu, Nabi Saleh tetap menjalankan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya, menyampaikan ajaran ajaran yang benar, dengan kesabaran dan ketenangan. Sebab itulah makanya ada pula orang-orang yang melarat yang turut dan tunduk akan ajaran itu. Hal ini akhirnya membimbangkan orang-orang yang tidak mahu tunduk itu.<br />
Mereka mencari cara dan jalan untuk memalingkan perhatian orang dari Nabi Saleh itu, yang dapat melemahkan dan merendahkan pandangan orang terhadap Saleh.<br />
Begitulah pada suatu hari, mereka datang kepada Saleh dan berkata: Cuba engkau tunjukkan kepada kami satu mukjizat (keluarbiasaan) sebagai tanda kenabianmu itu. Kalau tidak, tentu engkauini orang yang bohong semata mata.<br />
Mendengar kata dan pendirian mereka yang demikian itu, tidak ada yang dapat diperbuat Nabi Saleh selain berdoa kepada Tuhan: Ya, Tuhanku! Kaumku tetap mendustakan aku, selain sebahagian kecil saja yang beriman denganku. Untuk mengatasi ini, sudi apalah kiranya Tuhanku memberi aku satu mukjizat untuk jadi tanda kebenaranku. Dengan mukjizat mana, mudah mudahan mereka beriman jua!<br />
Allah mengabulkan permintaan Nabi Saleh, lalu berfirman kepadanya: Pergilah mendapatkan kaummu dan katakan kepada mereka agar mereka berkumpul di luar kota di kaki gunung yang tampak itu, untuk dapat melihat mukjizat yang mereka kehendaki itu. Dari gunung itu nanti akan muncul seekor unta betina yang luar biasa bagus, besar dan gemuk, tidak pernah mereka melihat unta seperti itu. Tetek unta itu akan selalu penuh dengan air susu, sekali pun setiap jam diperah tidak henti hentinya. Setiap orang diperbolehkan mengambil air susunya, dengan syarat bahawa unta itu dibiarkan bebas sebebas bebasnya, tidak boleh diganggu dan diusik oleh siapa saja. Dan unta itu harus dibiarkan meminum air yang ada di sumur itu berganti hari dengan mereka penduduk. Ertinya hari ini air minum itu semuanya untuk unta itu, dan besoknya air sumur itu semuanya untuk penduduk. Begitulah seterusnya. Di hari giliran unta, tidak seorang juga manusia dibenarkan mengambil air. Begitu pula di hari giliran penduduk, unta tidak akan meminum sedikitpun. Setelah wahyu itu disampaikan Nabi Saleh kepada mereka, mereka berkumpullah menanti unta yang dimaksudkan itu. Tak lama kemudian, dari gunung itu muncullah seekor unta yang luar biasa bagus, gemuk dan besarnya, persis seperti apa yang diterangkan Nabi Saleh kepada mereka.<br />
Unta itu langsung ke sumur dan meminum semua air yang ada. Dan benar bahawa tetek unta itu selalu penuh dengan air susu. Mereka mulailah mengambil tempat susu untuk dapat mengambil air susu dari unta itu.<br />
Demikianlah saban hari, di hari mereka tidak dapat air dari sumur karena habis diminum unta, sebagai gantinya mereka dapat memerah air susu dari unta itu untuk diminum.<br />
Begitulah dari hari ke hari, minggu ke minggu, orang orang beriman semakin bertambah kuat keimanannya, tetapi bagi orang orang yang engkar bukan menjadi beriman kerananya sebagai kata kata mereka ketika meminta minta mukjizat dahulu, malah mereka bertambah irihati terhadap Nabi Saleh dan orang orang yang beriman, mereka terus mengengkari seruannya terang terang.<br />
Maka timbullah keinginan buruk dalam batin mereka untuk membunuh unta itu, agar kebenaran Nabi Saleh tidak tersiar kerananya. Mula mula mereka berani, tetapi kemudian ragu ragu dan takut, sebab sebagai dikatakan, Nabi Saleh mengancam dengan turunnya seksa Tuhan bila unta itu diusik.<br />
Lama mereka itu berfikir-fikir antara membunuh unta itu atau tidak membunuhnya. Berapa kali di antara mereka mencuba mendekati unta itu untuk dibunuhnya, tetapi mereka akhirnya mundur karena khuatir akan seksaan yang dijanjikan Nabi Saleh itu. Lama konon unta itu tinggal merdeka menjadi perhatian orang banyak. Semakin banyak juga orang yang percaya kepada Saleh. Tetapi akal jahat dan niat buruk mereka itu membuka jalan bagi mereka untuk melakukan satu perbuatan yang sejahat jahatnya. Kecantikan seorang perempuan, akan mereka jadikan alat untuk menjalankan niat mereka yang jahat itu. Dengan perempuan cantik, dengan mudah mereka akan memperolehi pemuda yang berani untuk membinasakan unta itu.<br />
Bila seorang lelaki telah dapat ditawan hatinya oleh seorang perempuan cantik, maka lelaki penakut bisa menjadi orang paling berani untuk menunaikan perintah perempuan yang cantik itu. Seorang lelaki yang se pintar pintarnya, bila sudah dapat ditawan hatinya oleh seorang perempuan cantik akan menjadi lelaki yang paling bodoh, sehingga dapat diperintah oleh si perempuan cantik itu melakukan pekerjaan yang bahaya sekalipun. Hal ini diketahui oleh mereka yang engkar dan kafir itu. Mereka tidak segan segan menjalankan tindakan keji itu. Seorang perempuan cantik yang derhaka, menyerahkan diri untuk melakukan lakonan berat ini.<br />
Seorang perempuan cantik anak bangsawan dan kaya raya pula, Saduq binti AlMahya namanya, sanggup menyerahkan kehormatan dirinya kepada seorang pemuda berani, iaitu Masdak bin Mahraj, asal saja pemuda itu berani membunuh unta yang menjadi bukti kebenaran Nabi Saleh itu.</span></div></span></div></td><td width="10"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="10" /></td><td valign="top" width="209"><div align="center"><img alt="Masjid Quba" border="" hspace="0" src="http://alhakelantan.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderpictures/qebaa1.gif" vspace="0" width="240" /></div><div align="left"><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Ada lagi seorang perempuan tua yang keparat pula, dengan rela hati menyerahkan pula seorang anak gadis remaja kepada pemuda yang bernama Qudar bin Salif, asal saja pemuda itu berani pula membunuh unta itu.<br />
Kedua pemuda itupun rupanya belum berani melakukan pembunuhan atas unta itu berdua duaan saja, lalu mencari teman teman lainnya. Mereka dapat teman tujuh orang lagi. Begitulah akhirnya semua mereka itu dengan diam diam mendekati akan tempat di mana unta itu berada, lalu memanah unta itu sehingga patah kakinya sebelah, diiringi oleh pukulan pedang yang tajam oleh Qudar bin Salif, sehingga terburailah perut besar dan usus unta itu keluar. Unta itupun lalu roboh ke tanah dan mati.<br />
Kedua pemuda tadi lalu kembali mendapatkan kaumnya membawa khabar gembira ini dengan buktinya sekali. Semua rakyat engkar yang menjadi golongan mereka, menyambut kedua pemuda itu sebagai sambutan seorang jenderal besar yang menang perang layaknya, bahkan lebih dari itu. Keberanian pemuda pemuda itu dipuja setinggi langit dengan kata dan pujaan yang luar biasa.<br />
Mereka sudah bunuh unta itu, dan tidak terjadi apa apa. Lalu mereka mengejek akan firman Allah, peringatan Nabi Saleh yang telah memberi ancaman kepada siapa yang berani membunuh unta itu. Mereka mengejek dan berkata: Ya, Saleh, datangkanlah sika yang telah engkau janjikan itu, sekiranya engkau benar benar utusan Allah.<br />
Saleh berkata kepada mereka: Saya sudah beri peringatan kepadamu sekalian, tetapi peringatan saya itu sudah kamu langgar dengan nyata. Kamu sudah berbuat dosa. Sekarang kamu boleh bersenang-senang dan bergembira atas kematian unta itu tiga hari saja. Sesudah tiga hari, seksa yang dijanjikan Tuhan itu akan datang, dan bukanlah ini perjanjian yang bohong.<br />
Tempoh tiga hari masih diberikan kepada mereka oleh Nabi Saleh, dengan harapan mudah mudahan mereka insaf dan minta ampun, beriman kepada Allah dan utusanNya. Tetapi oleh kaum yang derhaka dan celaka itu, dianggap sebagai tanda kelemahan. Belum sampai tiga hari, mereka sama sama datang kepada Nabi Saleh mengejek lagi dengan bertanya: Percepatkanlah datangnya seksa yang engkau janjikan itu. Dan banyak lagi cara cara mereka mengejek itu.<br />
Nabi Saleh hanya berkata: Hai, kaumku, kenapa kamu minta segera datangnya seksa, bukan kebaikan? Kenapa kamu tidak minta ampun kepada Allah, mudah mudahan kamu diberinya ampun?.<br />
Sehari sebelum janji itu habis, karena mereka masih ragu ragu dan syak, sehingga berhati takut takut terhadap seksa yang dijanjikan itu, maka mereka mengadakan rapat raksasa sekali, di mana mereka bersepakat akan membunuh Nabi Saleh di malam itu juga, kerana sangka mereka dengan matinya Nabi Saleh, seksa itu mungkin tidak datang. Allah melindungi NabiNya, sehingga terjauh dari pembunuhan di malam itu.<br />
Besoknya sebagaimana yang dijanjikan Nabi Saleh, maka azab atau seksa yang dijanjikan Tuhan itu turunlah, berupakan badai taufan yang sedahsyat dahsyatnya, sehingga mereka berserta harta benda dan ternak mereka musnah sama sekali. Rumah-rumah mereka yang besar-besar dan kukuh menjadi abu yang berterbangan kena tiupan taufan dahsyat. Hanya Nabi Saleh dan pengikutnya saja yang selamat. Melihat kejadian sedih itu, Nabi Saleh berkata: Hai, kaumku, sudah saya sampaikan kepadamu apa yang diperintahkan Allah menyampaikannya, dan sudah cukup nasihatku kepadamu, tetapi kamu tidak suka kepada orang yang beri nasihat.</span></div><div align="left"><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Bangsa Ad dan Tsamud ini berulang ulang disebut Allah di dalam Kitab Suci al-Quran sebagai dua bangsa terjelek di permukaan bumi ini di zaman purba, sebelum lahirnya Nabi Muhammad s.a.w., sesudah kaum Noh yang juga sering disebut sebagai bangsa yang terjelek. Kedua bangsa terjelek tersebut sudah dihancurkan Allah se penuhnya. Bukan saja bangsa (manusia)nya yang dihancurkan Allah, tetapi juga seluruh harta benda, rumah dan tanah yang mereka diami, lebih hebat dari penghancuran yang disebabkan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.<br />
Kalau ditanyakan orang, bangsa manakah yang terjelek di zaman sekarang ini, kita tak dapat menjawabnya, hanya Allah sajalah yang mengetahuinya. Dan menurut sebahagian ulama, sebagai mukjizat dari Muhammad s.a.w., sesudah Nabi Muhammad s.a.w., Allah tidak lagi akan melakukan penghancuran total demikian rupa sekalipun atas bangsa terjelek, kalau bangsa terjelek itu di zaman sekarang atau di zaman yang akan datang. Kepada Nabi Muhammad diajarkan bahawa Allah bersifat bahkan bernama as-Sabur, yang bererti sangat sabar. Segala seksaan hebat, Allah undurkan pelaksanaannya sampai nanti di Akhirat terhadap orang-orang atau bangsa-bangsa terjelek itu.<br />
Sekalipun begitu, namun seksa seksa yang tidak bersifat total, melainkan bersifat insidental dan bersifat setempat, akan terus menerus dilaksanakan Allah atas orang dan bangsa atau golongan yang sudah melewati batas kejahatan atau dosanya. Seksa itu mungkin berupa perang hebat, kekacauan atau bencana alam. Setiap kekacauan dan bencana alam pada hakikatnya menurut Agama Islam adalah merupakan peringatan dari Allah, agar manusia kembali ingat dan beriman kepada Allah. Sebab itu, untuk mengatasi segala macam kekacauan dan bencana, selain tindakan yang bersifat politik, ekonomi dan sosial, harus dilaksanakan pula dengan cara bertaubat, minta ampun, bersyukur, memuji-muji terhadap Allah, dan dengan mempergiat berbagai-bagai ibadat dan amal kebajikan yang diperintahkan dan diajarkan Allah. Perbanyakan sembahyang, puasa, zikir, doa dan bersedekah terhadap fakir miskin atau orang orang yang kesusahan. Dengan jalan begitu, Allah akan melenyapkan segala kekacauan dan bencana-bencana itu.</span></div></td><td width="10"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="10" /></td><td valign="top" width="209"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td width="208"></td></tr>
<tr><td><img alt="" height="10" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="1" /></td></tr>
<tr><td width="208"></td></tr>
</tbody></table></td></tr>
</tbody></table><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 621px;"><tbody>
<tr><td colspan="3" height="15" width="621"><img alt="" height="15" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="1" /></td></tr>
<tr><td width="100"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="1" /></td><td bgcolor="#006600" height="4" width="621"><img alt="" height="4" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="1" /></td><td width="100"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="1" /></td></tr>
<tr><td colspan="3" valign="top" width="621"></td></tr>
</tbody></table></td></tr>
</tbody></table><br />
<div id="FooterAd" style="display: block !important; text-align: center; width: 1007px;"><ins style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; display: inline-table; height: 90px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; position: relative; visibility: visible; width: 728px;"></ins></div>Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-68368112468051603262011-02-08T18:03:00.000-08:002011-02-08T18:10:49.352-08:00NABI HUD<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="text-align: left;"><tbody>
<tr><td valign="top" width="636"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="text-align: left;"><tbody>
<tr><td colspan="5" valign="top" width="647"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td width="646"><div><span style="font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: large;"><b><i>NABI HUD</i></b></span></div></td></tr>
<tr><td width="646"><div align="center"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td align="center" background="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="560"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: xx-small;"><b><br />
</b></span></span></td></tr>
<tr><td align="center" background="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif"><br />
</td></tr>
</tbody></table></div><div align="left"><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Nabi Noh dan pengikut pengikutnya yang terdiri dari orang orang yang beriman telah diselamatkan Allah dari bahaya maut. Semua musuh mereka yang terdiri dari orang-orang kafir yang jahat, seluruhnya sudah musnah. Orang-orang beriman yang selamat ini, setelah berhenti banjir dahsyat itu, di bawah pimpinan Nabi Noh semakin tebal iman mereka, semakin percaya kepada Nabi Noh dan ajarannya. Mereka tidak berhenti henti mengucap syukur dan beribadat menyembah Allah yang telah menyelamatkan mereka. Makin terasa sampai sedalam dalamnya dalam jiwa raga mereka akan kebesaran Allah dan kekuasaanNya. Demikianlah berjalan beberapa abad pula lamanya. Manusia hidup rukun dan damai, iman dan taqwa, senang, tenang dan bahagia sekali.</span></div></td></tr>
<tr><td height="10" width="646"><img alt="" height="10" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="1" /></td></tr>
</tbody></table></td></tr>
<tr><td style="text-align: right;" valign="top" width="5"><div style="text-align: justify;"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="5" /></div></td><td bgcolor="#006600" width="4"><div style="text-align: justify;"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="4" /></div></td><td width="5"><div style="text-align: justify;"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="5" /></div></td><td valign="top" width="209"><div style="text-align: left;"><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span></div><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><div style="text-align: justify;">Tetapi beberapa abad kemudian, anak cucu atau keturunan mereka, mulalah melupakan ajaran Nabi Noh dan nenek moyang mereka yang beriman itu. Mungkin karena kurangnya penerangan atau pengaruh penghidupan yang semakin meningkat, pengaruh ekonomi, keinginan-keinginan dan keperluan, ditambah lagi oleh tipu daya Setan dan Iblis yang selalu menggoda dan memperdayakan mereka. Akhirnya seluruh manusia menjadi lupa sama sekali akan Allah Pencipta yang diajarkan Nabi Noh dan nenek moyang mereka orang beriman.</div><div style="text-align: justify;">Setelah mereka berkembang biak menjadi manusia banyak, hidup terpancar di segenap pelosok yang berjauhan dan berdekatan, menjadi berbagai bagai suku kaum dan bangsa, antar satu sama lain sudah tak kenal mengenal lagi, masing masing golongan, suku dan bangsa berkembang menurut adat kebiasaan atau tradisi masing masing. Yang satu ingin lebih kaya, lebih kuat dari yang lain. Akhirnya yang kaya memeras terhadap si miskin, dan yang kuat menindas terhadap yang lemah.</div><div style="text-align: justify;">Bersamaan dengan lenyapnya keimanan terhadap Allah, lenyap pulalah ketenteraman dan keamanan, kebahagiaan dan kesenangan hidup. Lalu timbullah berbagai-bagai maksiat, kejahatan, kepercayaan yang sesat dan menyesatkan. Bila mereka sudah kacau dan tak aman lagi, kembalilah mereka ingin menyelamatkan diri masing masing. Karena mereka sudah lupa terhadap Allah, maka mereka tercari carilah cara memperoleh keselamatan dan ketenteraman. Akhirnya mereka buat pulalah patung berhala, dan patung patung itulah menurut para pemuka mereka yang dapat menyelamatkan mereka dari segala kesusahan dan bahaya. Akhirnya patung atau berhala itu mereka hormati, mereka mengagungkannya, mereka puji lalu sembah. Dan patung patung itulah 'tuhan', kata mereka.</div><div style="text-align: justify;">Sejarah sepeninggalan Nabi Noh berulang kembali, dengan ulangan yang sama tidak ada perbezaan sama sekali. Bangsa 'Ad, begitulah namanya satu kaum yang paling derhaka di zaman itu, hidup di negeri Ahqaf, antara Yaman dan Oman sekarang ini, di bilangan negeri Arab jua.</div><div style="text-align: justify;">Bangsa 'Ad ini termasyhur sekali karena besar tubuh orangnya dan kuat. Hidup di tanah yang subur, tumbuh di situ berbagai bagai tumbuh tumbuhan, mengalir di situ sungai sungai dan mata air. Masing masing mempunyai kebun yang luas, hasil bumi yang berlipat ganda banyaknya. Dengan kekayaan yang melimpah ruah itu, mereka dapat membuat rumah dan istana tempat tinggal masing masing.</div></span><br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="text-align: left;"><tbody>
<tr><td valign="top" width="636"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="text-align: left;"><tbody>
<tr><td valign="top" width="209"><div style="text-align: left;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><br class="Apple-interchange-newline" />Kerana kebahagiaan hidup yang berlimpahan itu, mereka lupa akan asal usul kejadian mereka, mereka tidak tahu dari mana asalnya segala nikmat dan rahmat yang berlimpah ruah itu.</span></div><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><div style="text-align: left;">Akal mereka hanya sampai ke batu batu yang mereka buat dan gambar sendiri berupakan patung patung. Kepada batu batu itulah mereka berterima kasih atas semua nikmat dan rahmat itu, dan kepada batu itu pulalah mereka minta tolong bila di timpa kesusahan dalam hidup dan penghidupan mereka.</div><div style="text-align: left;">Bukan hanya sesat diri mereka bahkan akhirnya mereka menyebarkan kejahatan di permukaan bumi yang penuh rahmat itu. Si kuat di antara mereka menyeksa kepada yang lemah, yang besar menganiaya terhadap anak kecil, sehingga keamanan dan kebahagiaan hanya dimiliki oleh beberapa gelintir manusia saja di antara mereka, iaitu mereka yang kuat dan berani saja. Sedang orang yang lemah dan tak punya kekuasaan, hidup menderita, dengan derita yang tak terperikan lagi.</div><div style="text-align: left;">Diutus Tuhanlah kepada mereka seorang dari bangsa 'Ad itu sendiri, Nabi Hud namanya. Seorang yang lapang dada, berbudi tinggi, pengasih dan penyantun, penuh dengan kesabaran. Diajarkan kepada kaum 'Ad itu akan Tuhan yang sebenarnya, iaitu Allah s.w.t. Sedang batu batu yang mereka sembah dan cintai itu tak ada kekuasaan apa apa. Tidak dapat memberi manfaat atau mudarat, tidak mempunyai kuasa untuk berbuat apa apa. Allahlah yang selayaknya disembah dan dipuja, karena Allahlah yang menjadikan kamu dan memberi kamu rezeki, yang menghidupkan dan mematikan kamu, yang membentangkan bumi tempat berpijak, menumbuhkan tumbuh tumbuhan dan mendatangkan berbagai-bagai nikmat yang kamu pergunakan, kata Nabi Hud kepada mereka.</div><div style="text-align: left;">Sebagai manusia di zaman Nabi Noh, seruan dan ajaran Hud ini tidak dihiraukan oleh manusia 'Ad, mereka membantah dengan membangga banggakan kekayaan dan kepintaran mereka sendiri. Diperingatkan pula oleh Nabi Hud, bahawa nanti semua orang yang sudah mati itu akan dihidupkan kembali di Alam Akhirat, akan diperhitungkan kejahatan dan kebaikannya. Mana yang jahat akan diseksa dan mana yang baik akan dibahagiakan dalam Syurga yang disediakan Tuhan.</div><div style="text-align: left;">Ajaran ini lebih mereka ejek lagi dengan berkata: "Manakan boleh orang yang sudah mati dan hancur menjadi satu dengan tanah akan dapat hidup kembali. Hidup hanya di dunia ini saja, senang dan susah hanya di muka bumi saja."</div><div style="text-align: left;">Diperingatkan Hud seksa yang pernah diturunkan Allah terhadap manusia engkar di zaman Nabi Noh. Mereka tidak percaya. Itu adalah cerita bohong yang diada adakan saja, atau berita dongeng yang diada adakan oleh Hud, kata mereka.</div><div style="text-align: left;">Bahkan Hud dianggap mereka orang yang terlalu bodoh. "Apa kelebihan engkau atas kami?" kata mereka kepada Hud. "Engkau makan sebagaimana kami makan jua, engkau minum sebagaimana kami minum pula, engkau hidup seperti kehidupan kami tak ada bezanya sedikit juga," kata mereka selanjutnya. "Kenapa engkau mengatakan diutus Allah? Kenapa engkau saja yang diutus Allah? Kami pun berhak diutus Allah itu! Perkataanmu itu adalah bohong semata mata," kata mereka kepada Hud.</div><div style="text-align: left;">Hud terus mengajak mereka, walaupun mendapat sambutan dingin dan juga tentangan dari mereka yang engkar itu. Demikianlah dari masa ke semasa, tahun ke tahun, beratus tahun pula lamanya. Hanya sedikit sekali yang menurut ajarannya itu.</div><div style="text-align: left;">Ternyata pulalah, bahawa memang mereka tidak mahu beriman, mereka tidak mahu berhenti berbuat derhaka dan jahat, mereka hanya berbuat apa yang mereka kehendaki belaka dengan tidak mengacuhkan siapa saja. Sifat takbur mereka sudah demikian hebatnya, sehingga tidak dapat diempang empang lagi, sehingga masyarakat ketika itu kerananya menjadi kacau bilau, porak peranda, sehingga tak ada orang yang merasa aman lagi, selain orang orang yang kuat dan berkuasa saja. Sedang semua mereka tidak juga mahu menurutkan ajaran Nabi Hud itu.</div></span></div></td><td width="10"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" style="cursor: move;" width="10" /></div></td><td valign="top" width="209"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="text-align: left;"><tbody>
<tr><td width="208"><div style="text-align: left;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Pada suatu hari terbentanglah di langit awan hitam yang panjang, melintang di tengah tengah langit. Hampir semua mereka ke luar rumah menoleh ke arah awan yang agak ganjil itu. Akhirnya mereka berkata: "Itulah awan panjang, menandakan sebentar lagi hujan akan turun untuk menyiram tanam tanaman kita, memberi minum kepada binatang-binatang ternak kita."<br />
Tetapi Nabi Hud berkata kepada mereka: "Itu bukan awan rahmat, tetapi awan yang membawa angin kencang yang akan menewaskan kamu sekalian, angin yang penuh dengan azab seksa yang sepedih pedihnya."<br />
Sejurus kemudian angin dahsyat berhembuslah, luar biasa hebatnya. Binatang ternakan mereka yang sedang berkeliaran di padang pasir, kecil besar turut terbang disapu bersih oleh angin entah ke mana perginya. Mulalah mereka takut dan berlompatan lari masuk ke dalam rumah mereka masing masing, yang merupakan gedung dan istana yang kuat kukuh itu. Mereka tutup segala pintu, untuk berlindung diri. Mereka pergunakan segala kekuatan tubuh mereka yang kuat dan besar itu untuk mempertahankan pintu dan rumah-rumah mereka itu agar jangan diterbangkan angin.<br />
Tujuh malam dan delapan hari lamanya angin dahsyat itu bertiup sehebat hebatnya. Jangankan manusia dan binatang-binatang serta tumbuh tumbuhan, batu yang besar yang berupakan gunung itu pun lenyap menjadi angin, lebih lebih lagi patung yang mereka sembah selama ini. Demikianlah jadinya manusia kuat yang takbur itu.<br />
Firman Allah: "Tidaklah Tuhan akan mencelakakan satu negeri dengan satu petaka, sedang penduduknya berbuat baik baik."<br />
Heran, Nabi Hud dan pengikutnya tetap di rumah saja, dengan tidak merasakan sedikit juga akan bahaya angin ribut yang begitu dahsyat selama se minggu berturut turut itu. Akhirnya Nabi Hud pindah tempat karena negeri itu sudah menjadi padang jarak padang tekukur. Dia pindah ke Hadhramaut, di mana beliau hidup sampai wafatnya.</span></div></div><div style="text-align: right;"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td background="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" style="text-align: center;" width="240"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span style="font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: xx-small;">Alhambra Granada</span></div></td></tr>
<tr><td background="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" style="text-align: center;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><img alt="alhambragranada.jpg" border="" hspace="0" src="http://alhakelantan.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderpictures/alhambragranada.jpg" style="cursor: move;" vspace="0" width="240" /></div></td></tr>
</tbody></table></div></td></tr>
<tr><td><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><img alt="" height="10" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" style="cursor: move;" width="1" /></div></td></tr>
<tr><td width="208"></td></tr>
</tbody></table></td></tr>
</tbody></table><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="text-align: left; width: 621px;"><tbody>
<tr><td colspan="3" height="15" width="621"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><img alt="" height="15" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" style="cursor: move;" width="1" /></div></td></tr>
<tr><td width="100"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" style="cursor: move;" width="1" /></div></td><td bgcolor="#006600" height="4" width="621"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><img alt="" height="4" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" style="cursor: move;" width="1" /></div></td><td width="100"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" style="cursor: move;" width="1" /></div></td></tr>
<tr><td colspan="3" valign="top" width="621"></td></tr>
</tbody></table></td></tr>
</tbody></table><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div id="FooterAd" style="display: block !important; text-align: center; width: 1007px;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="text-decoration: underline;"><br />
</span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="text-decoration: underline;"><br />
</span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="text-decoration: underline;"><br />
</span></div></div></div></td><td width="10"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="10" /></td><td valign="top" width="209"><br />
</td><td width="10"><br />
</td><td valign="top" width="209"><br />
</td></tr>
</tbody></table></td></tr>
</tbody></table><div id="FooterAd" style="display: block !important; text-align: center; width: 1007px;"></div>Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-18114304200074228232011-02-08T17:56:00.000-08:002011-02-08T18:08:40.600-08:00NABI NUH<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td colspan="5" valign="top" width="647"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td width="646"><div><span style="font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: large;"><b><i>NABI NOH</i></b></span></div></td></tr>
<tr><td width="646"><div align="left"><span style="font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: small;"><b>PENCIPTA KAPAL PERTAMA</b></span></div></td></tr>
<tr><td height="10" width="646"><img alt="" height="10" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="1" /></td></tr>
</tbody></table></td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="5"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="5" /></td><td bgcolor="#006600" width="4"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="4" /></td><td width="5"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="5" /></td><td valign="top" width="209"><div align="left"><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Kalau benarlah apa yang di katakan oleh Hisyam bin Muhammad bin as-Saib al-Kalby, bahawa Adam dan Hawa mula pertama diturunkan Allah ke permukaan bumi, di daerah pergunungan yang paling subur bernama Gunung Nut, India. Sedang menurut Ahmad Zaky, Gunung Nut itu nama aslinya adalah Gunung Rahun, dimana Adam pertama kali diturunkan. Di sanalah Adam dan Hawa hidup dan berketurunan. Di antara keturunan Adam dan Hawa ada yang hidup berpindah randah, tentu saja dengan tujuan mencari tempat yang lebih baik, udara yang lebih nyaman, atau penghasilan yang lebih mudah mendapatkannya. Dengan jalan begitu, manusia makin lama makin banyak jumlahnya, dan daerah yang mereka tempati semakin luas pula, berkembang ke Timur dan ke Barat, ke Utara atau ke Selatan. Beberapa abad kemudian, dunia ini menjadi ramai dan semakin ramai. Pada abad pertama sampai kelima menurut Said yang diambil dari perkataan Qatadah (Sahabat Rasulullah s.a.w.), mereka boleh dikatakan hidup dalam keadaan aman dan tenteram, dengan kepercayaan yang benar sesuai dengan ajaran Adam dan Hawa yang sangat giat menunjuki akan anak turunan-nya agar jangan sampai tersesat dan celaka, seperti apa yang sudah terjadi antara adik dan kakak yang bernama Qabil dan Habil. Tetapi dalam abad-abad yang berikutnya, iaitu kira-kira pada turunan yang kelima atau keenam dari Adam dan Hawa, mulailah timbul kerosakan dalam kepercayaan mereka. Ajaran Adam dan Hawa nenek moyang mereka, sudah mereka lupakan. Lalu timbullah berbagai-bagai kerosakan, kekacauan atau perselisihan antara mereka. Diriwayatkan oleh Atiyah dari Ibnu Abbas r.a., bawah manusia di saat wafatnya Adam semuanya baik dan beriman, tetapi kemudian hampir seluruhnya menjadi seperti binatang binatang yang tidak mempunyai akal. Dan karena itulah Allah lalu mengutus Nabi-nabi dan Rasul-rasul, untuk membimbing mereka, dengan memberi khabar gembira dan ancaman. Nabi pertama yang diutus Allah, iaitu Nabi Idris a.s. kira-kira dalam abad keenam sesudah Adam. Tetapi Nabi Idris ini mereka dustakan, sampai Nabi Idris ini diangkatkan Allah ke Tempat Tinggi (wafat). Sepeninggalan Nabi Idris a.s., di antara manusia yang hidup kafir dan jahat seperti binatang itu, ada pula beberapa orang yang hidup secara baik, sehingga mereka dicintai oleh kaum kerabat dan orang orang yang ada di sekitar mereka. Di antara mereka itu ada lima orang yang amat masyhur, iaitu yang bernama: Wad, Suwaa, Yaghuth, Yauuq dan Nasr. Menurut Hisyam, kelima-lima orang yang baik ini mati serentak berturut turut dalam satu bulan, sehingga menyebabkan kegemparan yang amat sangat bagi keluarga dan orang-orang yang mencintai mereka itu. Kemudian salah seorang dari kerabat yang sangat cinta mengusulkan kepada teman-teman dan kaum kerabat, agar bagi kelima orang baik yang telah meninggal dunia itu, dibuatkan gambar berupa patung yang menyerupai mereka, sekadar untuk kenang kenangan supaya melepaskan teragak atau rindu hati terhadap masing-masing mereka. Usul ini diterima orang banyak dengan gembira. Lalu di carilah orang-orang yang pandai menggambar dan mematungkannya. Mereka buatlah lima patung (berhala) yang pertama di dunia ini, yang masing-masingnya mereka beri nama dengan nama nama dari orang yang meninggal itu, iaitu Wad, Suwaa, Yaghuth, Yauuq dan Nasr. Begitulah, patung-patung itu sering mereka datangi untuk melihatnya, mereka hormati, kadang-kadang dengan upacara-upacara tertentu. Demikianlah terjadi pada abad pertama.</span></div><div align="center"><img alt="bluemosque.jpg" border="" hspace="0" src="http://alhakelantan.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderpictures/bluemosque.jpg" vspace="0" width="180" /></div></td><td width="10"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="10" /></td><td valign="top" width="209"><div align="left"><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Menurut at-Tabary, nama-nama tersebut sesudah ditaarifkan, iaitu dibahasa-Arabkan, iaitu sesudah dilbranikan dari bahasa aslinya. Pada abad kedua, cara membesarkan dan menghormati patung-patung itu makin ditingkatkan. Dalam pada itu timbullah berbagai bagai cerita dongeng tentang patung patung atau berhala berhala tersebut, cerita-cerita yang sangat mempengaruhi jiwa manusia yang mendengarkannya. Dalam abad ketiga, mulalah timbul dogma-dogma, mitos atau kepercayaan-kepercayaan yang bersifat mistik.<br />
Mereka katakan, bahawa nenek-moyang kita sampai menghormati patung patung itu, karena dengan penghormatan itu patung-patung tersebut dapat mendatangkan manfaat dan syafaat bagi mereka. Lalu patung-patung itu mereka sembah, mereka puja-puja. Timbullah kepercayaan menyembah patung-patung, dan patung-patung itulah tuhan, kata mereka.<br />
Berkata Ibnul Kalby dari Ibnu Salih, bahawa menurut Ibnu Abbas r.a. antara Adam dan Noh adalah 12 abad lamanya. Dan di abad kedua belas sesudah Adam ini, seluruh manusia sudah menyembah patung-patung tersebut. Kerananya Allah lalu mengutus Nabi Noh a.s. untuk memperbaiki keadaan mereka yang sudah rosak itu.<br />
Menurut al-Quran, umur Nabi Noh ini 950 tahun. Nabi Noh diutus Allah menjadi Nabi dan Rasul ketika berumur 480 tahun, sampai wafatnya, iaitu dalam masa 500 tahun atau 5 abad lamanya. Nabi Noh a.s. dengan segiat-giatnya, tanpa mengenal lelah, siang dan malam, terus-menerus mencuba membelokkan kaumnya dari kekafiran menyembah patung-patung tersebut. Tetapi amatlah sulitnya, terlalu sedikit hasilnya. Dalam masa 5 abad itu, hanya berhasil mendapatkan pengikut 70 atau 80 orang saja, yang semuanya terdiri dari orang-orang yang lemah dan melarat saja.<br />
Nabi Noh itu adalah seorang fasih berkata kata, tajam pemikiran atau akalnya, dapat menangkis kalau berdebat, bersifat sabar dan tenang. Sungguhpun begitu, setiap kali Nabi Noh membawa mereka kepada menyembah Allah, maka mereka menentangnya; setiap diperingatkan akan azab dan seksa Tuhan, mereka menutup anak telinga masing-masing; saban diberi khabar suka dengan Syurga Allah, bahkan mereka menyombong dan mengejek serta mencuba membantah seruan Nabi Noh.<br />
Dengan sabar dan tak putus asa, Nabi Noh menghadapi mereka. Bukan sekali dua kali, bukan dalam waktu sebulan-dua bulan, atau setahun-dua tahun, tetapi dalam waktu berpuluh, bahkan beratus tahun. Hampir seluruh umur yang diberikan Allah kepada Nabi Noh yang lamanya 950 tahun itu, dipakaikan dengan segiat giatnya untuk membelokkan kekafiran kaumnya itu. Dengan kesabaran dan keterangan-keterangan yang terang dan jelas elas, dengan kepandaian berkata dan berbicara, dengan membawakan alasan-alasan yang lengkap. Langit dan bumi, siang dan malam, laut dan darat, dipergunakan Nabi Noh sebagai alasan dan bukti atas keagungan Allah atas kekuasaanNya, dan atas keesaan Allah.</span></div><div align="left"><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Sedikit sekali mereka yang percaya kepada Noh dan mengiakan pelajarannya. Tidak sesuai dengan jumlahnya manusia, tidak cocok dengan kegiatan dan kebijaksanaan yang sudah diberikan Nabi Noh. Tidak lebih jumlah mereka yang menurut ini daripada 80 orang saja. Yang lain tetap engkar, tidak percaya, tetap mem-bantah dan membesarkan diri, mengejek dan lain-lain sebagainya.<br />
Reaksi dari mereka yang engkar itu bukan semakin berkurang, malah bertambah hebat dan meningkat juga. Mereka berkata ke-pada Nabi Noh: Bukankah engkau manusia biasa seperti kami juga, buat apa kami mengikuti engkau. Kalau diutus kepada kami seorang Malaikat, barangkali dapat kami mengikutnya, mengiakan katanya. Bukankah orang-orang yang mengikuti engkau itu, orang-orang yang rendah dan bodoh belaka. Sedangkan kami ini orang orang yang mulia, berkedudukan dan pekerjaan yang tinggi-tinggi, tidak mengharapkan fikiran dan pertolongan orang lain, cukup kepandaian dan kepintaran Engkau sendiri, ya Noh, bukan lebih dari kami tentang harta, tentang akal dan fikiran, tentang pemandangan, bahkan engkau kami pandang orang yang dusta.<br />
Semua itu dijawab oleh Nabi Noh dengan jawapan yang tegas tepat, dengan keterangan-keterangan yang dapat melemahkan dan mengalahkan hujah mereka: Dapatkan gerangan kamu memutar jalan matahari dengan kepandaianmu, atau mencapai bintang dengan tanganmu? Dapatkah kamu beroleh terang kalau tidak karena matahari yang diciptakan Allah. Dapatkah kamu hidup kalau tidak dengan udara yang dijadikan Allah?<br />
Mereka menjawab lagi dengan sanggahan yang baru dan dibuat-buat: Kalau engkau benar-benar orang yang mencintai sesama manusia, cintailah orang-orang yang telah mengikutimu itu saja, sedang kami biarkanlah saja, karena kami tidak akan dapat mengikuti jejak mereka, kami tidak dapat menganut agama yang mereka anut yang engkau ajarkan itu, dimana disamakan sang raja raja dengan rakyat murba, orang-orang yang mulia dengan orang yang hina-dina, orang yang kaya dengan orang-orang yang miskin.<br />
Nabi Noh menjawab: Bahawa agama ini buat kamu sekalian, dengan tidak mengecualikan yang pintar dan yang bodoh, yang jadi raja dan yang jadi budak, yang berkuasa dan dikuasai, yang kaya dan yang miskin.<br />
Debat ini bertambah sengit juga. Noh menghadapinya dengan sabar dan tenang saja, tetapi mereka rupanya telah sempit dada, lalu berkata kepada Noh: Hai, Noh, engkau sudah debat kami, dan telah lebih dari cukup banyaknya, datangkanlah kepada kami (seksa) yang engkau katakan itu, kalau engkau orang yang benar.</span></div></td><td width="10"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="10" /></td><td valign="top" width="209"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td width="208"><div align="left"><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Nabi Noh menambah lagi dengan sabar: Sungguh kamu orang-orang yang bodoh sekali, kamu minta seksaan Allah, bukan rahmat Allah yang kamu tuntut. Ketahuilah bahawa Allah kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Kalau Allah menghendaki akan diseksanya kamu, dan kalau Allah suka datanglah seksaan itu selekas-lekasnya kepada kamu, dimana kamu pasti menyesal nanti.<br />
Sehabis perdebatan itu, Nabi Noh selamanya bermunajat dan berdoa kepada Allah, mengemukakan perasaan hati dan bermohon ampun atas kelemahannya, minta petunjuk petunjuk yang baru, sambil mengeluh dan mengadu. Akhirnya Allah menurunkan wahyu kepada Noh: Tidak akan beriman kaummu itu selain orang-orang yang telah beriman itu, dan janganlah kamu berputus asa atas apa apa yang mereka perbuat. Sehabis berjuang dan berusaha, dengan kesabaran yang ada padanya, akhirnya Nabi Noh berdoa kepada Allah:<br />
Ya Allah, janganlah dibiarkan tinggal di bumi ini orang-orang yang engkar seorang pun, sebab kalau engkau biarkan mereka tinggal, mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu, dan mereka akan menurunkan turunan yang jahat dan engkar saja.<br />
Doa Nabi Noh ini didengar oleh Allah, dan dikabulkanNya, lalu berfirman: Engkau perbuatlah kapal dengan pertolongan dan petunjuk-petunjuk Kami dan janganlah engkau pohonkan pertolongan kepadaKu tentang nasib orang-orang yang zalim itu, mereka semuanya akan tenggelam.<br />
Nabi Noh mulai membina kapal dengan mempergunakan kayu dan paku, di suatu tempat dekat kota. Dan tiap orang yang lalu di tempat itu, selalu mengejek dan memperolok-olokkannya dengan berbagai bagai kata dan bicara, Ada yang berkata: Engkau selama ini, hai Noh, mendakwakan yang engkau Nabi dan Rasul; kenapa had ini kami lihat engkau menjadi tukang kayu? Apa engkau sudah bosan menjadi Nabi dan ingin menjadi tukang kayu?<br />
Ada pula yang mengejek: Apa gunanya kapal yang engkau buat itu, sedang di sini tidak ada laut dan sungai? Apakah engkau akan tarik dengan lembu kapal itu atau akan engkau terbangkan di udara?<br />
Di bawah serangan ejekan itu Nabi Noh terus bekerja dan hanya berkata: Bila kamu tetap mengejek kami, kami akan mengejek kamu pula nanti sebagai kamu mengejek kami ini, dan akan kamu ketahui sendiri nasibnya orang-orang yang kena seksa itu, sedang seksaan itu akan terjadi.<br />
Noh dan pengikutnya terus bekerja, sehingga sempurnalah pembikinan kapal itu. Hanya sekarang menunggu bagaimana perintah Allah selanjutnya. Dalam pada itu Tuhan telah mewajibkan kepada Noh, agar bila seksa itu telah datang, Noh dan pengikut-pengikutnya segera naik ke kapal itu, dengan membawa semua orang yang beriman dan binatang ternaknya yang berpasang-pasangan.<br />
Terbukalah pintu-pintu langit, sehingga dari langit itu tercurah air sebesar-besarnya jatuh ke bumi, sedang dari bumi terpancar sumber-sumber air yang besar-besar, sehingga dalam sebentar waktu permukaan bumi digenangi air banjir yang luar-biasa hebatnya, menggenangi tanah yang tinggi dan yang rendah. Air banjir semakin naik juga sehingga telah mencapai rumah-rumah dan bukit-bukit, sedang Nabi Noh dan pengikut-pengikut-nya sewaktu itu telah berada di atas kapal yang mereka perbuat selama ini.<br />
Dengan kegemparan yang luar biasa, manusia manusia engkar itupun berlompatan ke sana-sini tidak keruan tujunya sebagai se gerombolan keldai dikejuti singa, berteriak melolong lolong, menghindarkan diri masing-masing dari bahaya maut, Ada yang naik ke atas atap rumah rumah tetapi tercapai juga oleh air banjir, ada yang naik memanjat batang kayu yang tinggi, tetapi akhirnya tenggelam juga, ada pula yang berenang menuju ke bukit yang tinggi-tinggi yang menurut kiranya tidak akan tercapai oleh banjir yang bagaimana hebatnya.<br />
Ketika Nabi Noh berdiri di tempat yang tertinggi di atas kapalnya, mata Nabi Noh terpandang kepada seorang anaknya yang bernama Kanan, anak yang engkar yang tidak tunduk kepadanya sedang berjuang dengan maut menggabai-gabai mencari tempat yang tinggi. Cinta kepada anak memaksa Noh memanggil anaknya yang malang itu, panggilan yang penghabisan: Hai, anakku! Mari bersama kami, janganlah engkau bersama orang-orang yang kafir itu ! Seruan yang penghabisan di saat yang genting begitu rupa itupun tidak dapat diterima oleh otak dan perasaan anak yang derhaka itu, karena ia masih percaya akan dapat menghindarkan dirinya dari seksaan yang nyata itu dengan kekuatan dan fikiran yang ada padanya. Seruan bapaknya itu dijawab dengan sombong pula: Saya akan mencapai puncak gunung yang tinggi itu, sehingga saya akan terlepas dari banjir ini.<br />
Noh berkata lagi kepadanya, ya karena cinta kepada anak sendiri: Hari ini tidak ada yang dapat melindungi dari seksa, selain Tuhan Yang Maha Pengasih. Anak itupun lenyap ditelan ombak yang sedang bergulung gulung, tinggallah Nabi Noh melihat dengan sedih dan berkata: Ya Allah, bukankah anakku itu termasuk keluarga saya sendiri?<br />
Allah menurunkan ilham kepada Noh, bahawa anak itu bukan ahlimu lagi dan tidaklah termasuk menjadi keluargamu siapa saja yang kafir dan derhaka: Kami hanya berhak menolong orang orang yang iman saja. Allah ilhamkan pula kepada Noh, agar Nabi Noh jangan minta minta lagi kepada Tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya dengan berfirman: Aku ajari engkau (ya Noh) tentang apa yang engkau masih jahil.<br />
Nabi Noh insaf akan ajaran yang di terimanya dari Allah lalu menengadahkan kedua telapak tangannya bersyukur kepada Allah yang telah memelihara kaumnya yang beriman terlepas dari seksa, lalu Nabi Noh bermohon ampun atas segala dosa dan kesalahannya:<br />
Aku berlindung diri kepadaMu, ya Tuhanku, atas apa-apa yang sudah saya mohon yang saya sendiri tidak tahu betul, dan kalau Engkau tidak beri ampun atas saya, sungguh saya akan tergolong orang orang yang merugi.<br />
Banjir dahsyat dan gelombangnya yang bergulung itu telah dapat menelan semua manusia yang engkar. Langit mulai tertutup dan berhenti mencurahkan air, sedang bumi telah menghisap semua air yang ada di atas datarannya. Kapal Nabi Noh terhenti di atas puncak Gunung Judy yang sampai sekarang orang-orang pintar sedang mencari bekas bekasnya. Nuh dan pengikutnya kembali ke kampung-halamannya menghirup udara baru yang penuh dengan berkat dan pertolongan Allah.</span></div></td></tr>
</tbody></table></td></tr>
</tbody></table>Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8501451385245070811.post-35627373927347963702011-02-08T17:53:00.000-08:002011-02-08T17:53:20.426-08:00NABI ADAM<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td valign="top" width="636"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td valign="top" width="647"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td width="646"><div><span style="font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: large;"><b><i>NABI ADAM</i></b></span></div></td></tr>
<tr><td width="646"><span style="font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: medium;"></span><br />
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: medium;"><div><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Kemudian diciptakan Allah pula ADAM sebagai manusia yang pertama, untuk menghuni dibumi luas yang sudah terbentang, beranak dan berketurunan menjadi manusia banyak, berpuak puak dan berbilang bangsa, berselerak ke seluruh pelosok bumi.<br />
Maksudnya manusia itu diciptakan Allah, ialah agar manusia itu menyembah dan sentiasa mentaati segala perintahNya serta juga menjadi pengatur bumi yang tidak teratur; bercucuk tanam, mendirikan rumah, memelihara ternakan, dan sebagainya.<br />
Allah memberitahu maksudNya kepada para Malaikat, "Aku ingin mencipta manusia untuk menguruskan muka bumi".<br />
Para Malaikat lalu menjawab, "Apakah manusia yang Engkau ciptakan itu untuk mengurus bumi, ya Tuhan kami? Tidakkah manusia itu nanti akan merosakkan bumi dan akan menumpahkan darah berbunuhan? Berbanding dengan kami yang sentiasa patuh dan memuliakan Engkau".<br />
Lalu Allah menjawab. "Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak mengetahui".<br />
Ya, Tuhanlah yang lebih tahu rahsia apa yang terkandung dari kejadian manusia ini. Tuhanlah yang lebih tahu kenapa kita manusia yang diciptakan Tuhan untuk mengatur bumi, sekalipun Tuhan tentu sudah tahu pula, bawah manusia di permukaan bumi ini akan berbuat kerosakan, akan bersilang sengketa, akan berbunuh bunuhan menumpahkan darah.<br />
Tetapi janganlah sampai kita lupakan, bahawa Tuhan juga tahu, bahawa tidak semuanya manusia itu perosak, tidak semua manusia suka bersengketa dan berbunuh bunuhan. Di antara manusia yang banyak itu, ada banyak pula yang baik, yang selalu berbuat kebajikan terhadap sesama manusia, selalu berusaha dan berjuang untuk keselamatan dan kebahagiaan hidup manusia.<br />
Setelah mendengar jawapan Allah yang pendek, tetapi mempunyai erti dan maksud yang amat dalam itu, semua Malaikat menjadi diam, tidak menjawab lagi. Hanya berkata dengan berbisik antara sesama mereka: "Memang benar! Tuhan kita Maha Mengetahui segala sesuatu, dari perkara yang sekecil kecilnya sampai kepada perkara yang sebesar besarnya. Ia mengetahui segala yang zahir dan yang batin, yang kelihatan oleh mata dan yang tidak kelihatan. Tidak ada satu perkara dan kejadian yang bagaimana juga kecilnya yang terjadi di langit dan di bumi atau antara keduanya yang tak diketahui oleh Tuhan."<br />
Apa saja yang Allah ciptakan, tentu ada guna dan faedahnya, tentu ada maksud dan tujuannya. Tidak satu benda pun yang diciptakan Allah akan sia sia. Hanya kita sendiri yang tidak atau belum mengetahuinya.<br />
Allah meneruskan firmanNya terhadap para Malaikat itu: "Manusia itu, iaitu Adam, akan Aku ciptakan dari tanah. Apabila sudah terbentuk dan selesai, akan Aku hembuskan kepadanya rohKu, agar dia menjadi hidup, dapat bergerak, berperasaan, berpengertian dan berkesedaran. Bila Adam sudah menjadi hidup dengan pengertian dan kesedaran, hendaknya kamu sekalian sujud memberi hormat kepadanya."</span></div></span></td></tr>
<tr><td height="10" width="646"><img alt="" height="10" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="1" /></td></tr>
<tr><td width="646"><img align="Left" alt="Inside Blue Mosque" border="" src="http://alhakelantan.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderpictures/bluemosque1.jpg" width="180" /><br />
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: small;"></span><br />
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: small;"><div><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Malaikat adalah suatu makhluk Allah yang mempunyai kesedaran yang amat tinggi. Dengan kesedaran yang amat tinggi itu, mereka menjadi makhluk yang mulia, selalu bertasbih dan beribadat mensucikan, membesarkan dan memuji muji Allah, selalu taat menjalankan apa saja yang diperintahkan Allah kepada mereka. Mereka tak pernah derhaka atau melanggar perintah Allah, tanpa makan dan minum, tanpa rehat atau tidur, mereka selalu melaksanakan segala macam tugas yang di bebankan Allah atas mereka masing masing sampai hari kiamat.<br />
Bila mereka itu makhluk yang tinggi dan mulia, mengapa Allah memerintahkan mereka untuk sujud atau menghormati Adam? Apakah Adam atau manusia lebih tinggi dan lebih mulia daripada Malaikat?<br />
Pertama kita harus ingat, bahawa Allah memerintahkan Malaikat sujud kepada Adam, bukanlah dalam erti menyembah, melainkan dengan erti menghormati. Menghormati Adam tidak dapat diertikan menghormati manusia anak cucu Adam. Jadi penghormatan ini khusus terhadap peribadi Adam.<br />
Mengapa peribadi Adam harus dihormati oleh para Malaikat? Hal ini disebabkan oleh kerana peribadi Adam mempunyai keistimewaan yang banyak sekali dan luarbiasa, yang tidak dipunyai oleh manusia manusia lain atau makhluk yang mana pun juga. Keistimewaan keistimewaan yang luar biasa itu adalah sebagai berikut:<br />
Adam adalah manusia pertama. Sebelum Adam, belum ada manusia. Seluruh manusia selain Adam, semuanya adalah keturunan Adam. Di antara manusia keturunan Adam itu, ada yang menjadi Nabi dan Rasul, menjadi orang orang suci. Diantaranya ada orang pandai dalam berbagai bidang, yang menyebabkan kemajuan hebat bagi manusia dari abad ke abad. Lihatlah kemajuan anak cucu Adam yang hidup diketika ini.<br />
Sekalipun ada pula diantara anak cucu Adam sendiri yang menjadi perosak dan penjahat. Sebab itu, memang sudah sepatutnya kalau para Malaikat memberikan penghormatan atau sujud kepada Adam sebagai manusia pertama dan mempunyai turunan yang hebat itu.<br />
Adam diciptakan sendiri olehNya. Sedangkan makhluk lain, seluruhnya diciptakan Allah dengan perkataanNya: "Bila Allah menghendaki sesuatu, Ia hanya berfirman: Jadilah! Maka jadilah apa yang dikehendaki Allah itu." Hanya Adam, yang Allah ciptakan dengan kedua tanganNya. Demikianlah menurut al-Quran. Sedang menurut Hadis, selain Adam, juga 'Arasy dan Syurga yang diciptakan Allah dengan tanganNya. Maka sudah sepatutnya kalau para Malaikat diperintahkan Allah untuk menghormati Adam. Kerana ia diciptakan Allah dengan tanganNya, Adam sungguh suatu makhluk yang terhormat tiada taranya dialam ini.</span></div></span><br />
<img align="Left" alt="Masjid Al Aqsa" border="" src="http://alhakelantan.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderpictures/dome.gif" width="240" /><br />
<img align="Right" alt="Inside Masjidil Haram at night" border="" src="http://alhakelantan.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderpictures/makkah2.jpg" width="240" /><br />
<div><span style="font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: small;"><div><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Selain manusia pertama yang diciptakan Allah dengan tanganNya, Adam adalah pula seorang Nabi, seorang yang mendapat wahyu dari Allah. Menurut sebahagian Ulama, para Nabi dan Rasul memang sama darjat kemuliaannya dengan para Malaikat. Bahkan ada diantara Ulama yang berpendapat bahawa Nabi dan Rasul itu darjat kemuliaannya melebihi para Malaikat, sebab Jibrail sebagai Malaikat tertinggi, ditugaskan pula menjadi perantara antara Allah dengan para Nabi dan Rasul itu.<br />
Seperti halnya dengan para Malaikat, maka Adam pun mempunyai kesedaran dan pengertian (akal), sehingga Adam dan keturunannya dapat menyedari dan mengerti akan kebesaran Allah yang menciptakan dirinya dan seluruh alam, dapat menyedari dan mengerti akan perintah perintah dan larangan Allah.<br />
Adam dan manusia diciptakan Allah dalam sebaik baiknya kejadian, kerana dia terdiri dari jasmani dan rohani (roh, akal, hati dan nafsu), sehingga ia menjadi suatu makhluk yang beradab dan berkebudayaan, terus maju tidak beku.<br />
Adam dan keturunannya diciptakan Allah untuk menjadi Khalifah (penguasa atau pengatur) dibumi, sebagaimana Allah menciptakan Malaikat sebagai Khalifah di langit.<br />
Kerana menyedari akan kedudukan dan kemuliaan Adam, para Malaikat dapat mengerti akan perintah Allah untuk menghormati Adam. Mereka lalu menjawab: "Baiklah, ya Tuhan kami. Kami dengar dan kami taati segala perintahMu." Allah lalu menciptakan Adam dari tanah dengan tanganNya sendiri. Berbentuk seperti bentuk kita manusia sekarang ini. Iaitu berkepala, berbadan, bertangan dan berkaki. Lalu Allah hembuskan roh kepadanya, sehingga Adam menjadi hidup.<br />
Adam menggerakkan kedua tangan dan kakinya, lalu ia bersin (batuk), sehingga bergerak sekujur badannya, terbuka kedua matanya, bergerak jantung dan paru parunya. Sekaligus ketika Adam membuka kedua matanya, melihat seluruh alam di sekitarnya, timbullah pengertian dan kesedaran, dan dengan pengertian dan kesedaran itu, dia mengucap: Alhamdulillahi Rabbil Alamin (Segala pujian bagi Allah yang mengatur seluruh alam). Para Malaikat kagum sekagum kagumnya melihat dan mendengar ucapan pertama yang keluar dari mulut Adam. Satu ucapan yang berisi pengertian dan kesedaran tertinggi. Pengertian dan kesedaran bahawa alam ini seluruhnya diciptakan dan diatur oleh Allah, sebab itu Allah selamanya harus selalu disanjung dan dipuji.<br />
Para Malaikat serentak menjawab ucapan Adam: "Yarhamukallahu, ya Adam." Ertinya: Allah selalu menumpahkan rahmatNya kepada engkau, ya Adam, dan selamatlah.<br />
Para Malaikat lalu beratur mengelilingi Adam, lalu sujud dan menghormati kepada Adam, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepada mereka. Hanya Iblis yang tak mahu sujud dan tidak mahu menghormati Adam. Dia tetap berdiri dan membangkang dengan sombongnya, tidak mahu menjalankan apa yang diperintahkan Allah.<br />
Allah lalu berkata kepada Iblis itu: "Bukankah engkau juga makhluk ciptaanKu, yang juga harus tunduk dan menjalankan perintahKu? Tetapi kenapa engkau tidak sujud dan tidak memberi hormat terhadap Adam sebagaimana Aku perintahkan?"<br />
Iblis menjawab: "Engkau ciptakan aku dari api dan Adam dari tanah. Api lebih mulia dari tanah. Itu bererti yang aku lebih mulia dari Adam. Maka tidak sepatutnyalah aku sujud dan hormat terhadap Adam itu."<br />
Mendengar bantahan Iblis itu, Tuhan menjadi marah, lalu berkata kepada Iblis: "Tempat ini (Syurga) bukan tempat orang yang menyanggah terhadap Aku. Sekarang juga, engkau harus keluar dari sini."<br />
Sesudah keluar dan terusir dari Syurga, Iblis kembali menyanggah dan berkata kepada Allah: "Ya, Tuhan! Engkau usir aku dari Syurga ini kerana Adam. Aku bersumpah, bahawa aku dengan semua anak keturunanku akan memusuhi Adam dan semua anak dan keturunannya buat selama lamanya. Mereka akan aku sesatkan. Mereka akan aku celakakan. Aku akan ajak dan anjurkan kepada mereka untuk berbuat keburukan dan kerosakan didalam dunia ini nanti, agar kehidupan mereka selamanya susah dan kacau bilau belaka."<br />
Mendengar ancaman Iblis itu, Allah lalu berkata: "Untuk menghindarkan tipu daya mu itu, kepada manusia akan Aku beri suatu senjata yang ampuh, ialah akal. Akal itu akan Aku bimbing dengan petunjuk petunjuk (agama), Manusia yang tetap mempergunakan akal dan menurut petunjuk petunjukKu tidak akan dapat engkau sesatkan dan perdayakan. Dengan akal itu, mereka akan dapat membezakan yang baik dan yang buruk. Dengan tuntunan petunjukKu, akal mereka akan mempunyai daya berfikir yang benar. Sesiapa yang tak menggunakan akal dan tidak menurut petunjukKu, tentu dapat engkau goda dan sesatkan. Ini akan dipertanggung jawabkan di hadapanKu nanti dihari kemudian (Akhirat). Mendengar keterangan Allah itu, Iblis terdiam. Tetapi hatinya makin mendongkol, irihati dan dengkinya terhadap manusia bertambah memuncak.<br />
Dia berpaling kepada Adam. Mata dan seluruh perhatiannya sekarang ini ditujukannya kepada Adam. Dia ingin tahu di mana letak kelemahan kelemahan jasmani dan rohani manusia. Adam dipelajarinya dari segala segi. Akhirnya Iblis berkesimpulan bahawa manusia itu selain mempunyai kekuatan berfikir, iaitu akal yang amat hebat itu, juga mempunyai banyak kelemahan kelemahannya. Disamping akal itu, manusia mempunyai nafsu. Dan nafsu itu banyak sekali macam ragamnya. Ada nafsu terhadap makanan dan minuman, ada nafsu kelamin atau syahwat, ada nafsu terhadap harta benda dan kekayaan, terhadap rumah tempat tinggal dan kenderaan dan ada pula nafsu terhadap pangkat dan kedudukan yang tinggi di tengah tengah sesama manusia. Ditiap tiap macam nafsu, tabiat dan karakter, terdapat banyak sekali pintu pintu atau lubang lubang kelemahan dan setiap waktu dapat dimasuki oleh Iblis untuk memperdayakan dan mengacaukan kehidupan manusia<br />
Setelah melihat semua kelemahan itu, Iblis ketawa kecut. Dia ketawa dan gembira, kerana berhasil melihat kelemahan manusia. Tetapi hatinya menjadi kecut dan takut, bahawa manusia disamping mempunyai kekuatan yang hebat, iaitu akal, juga dengan akal itu dapat menerima petunjuk petunjuk Tuhan. Petunjuk Allah itu adalah merupakan satu benteng berlapis waja yang tidak mungkin dapat ditembus oleh Setan dan Iblis.<br />
Iblis dari semula mengakui akan kelemahan dirinya menghadapi manusia yang sedar dan iman yang berbentengkan petunjuk Allah dalam hidupnya. Bahkan kalau kita manusia mengerti dan sedar pula akan kelemahan Iblis dan kekuatan rahsia dari keimanan yang penuh terhadap Allah dan petunjuk petunjuk Allah, manusia akan selamat dalam kehidupan dunia dan akhiratnya dan akan terhindar dari tipu muslihat Iblis atau kesesatan dalam hidup.<br />
Iblis adalah satu kekuatan ghaib yang dapat disamakan dengan gelap. Sedang keimanan terhadap Allah dan petunjuk petunjuk Ilahi adalah pula satu kekuatan ghaib yang dapat disamakan dengan terang atau cahaya. Bila suatu tempat tidak dimasuki oleh cahaya, pasti tempat itu diisi oleh gelap. Bila tempat yang gelap itu dimasuki cahaya, pasti gelapnya lenyap. Begitu pulalah manusia sebagai tempat. Bila dia kosong dari keimanan dan petunjuk Ilahi, akan bermaharajalelalah Setan dan Iblis atas dirinya. Tetapi bila manusia mempunyai keimanan di dada dan selalu disiram dengan petunjuk petunjuk Ilahi, segala daya Iblis tak mampu memperdayakan.<br />
Kepada Adam diajarkan Tuhan pengetahuan pokok untuk dapat hidup di permukaan bumi. Allah mengajarkan kepada Adam nama dari tiap sesuatu.<br />
Untuk sekadar membuktikan kepada para Malaikat, bahawa manusia layak menjadi Khalifah dibumi, dan patut mendapat penghormatan dari Malaikat, Allah lalu memanggil Adam dan Malaikat supaya berkumpul.<br />
Kepada Malaikat Allah lalu berfirman: "Cuba kamu sebutkan nama dari tiap tiap sesuatu yang terdapat di permukaan bumi itu, sekiranya kamu mengetahuinya."<br />
Dengan merendahkan diri serendah rendahnya, Malaikat menjawab: "Maha Suci Engkau, ya Tuhan kami! Kami tidak mengetahui nama nama dari semua itu. Pengetahuan kami hanya sekadar apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Hanya Engkau saja, ya Allah, yang mengetahui segala galanya."<br />
Allah lalu berkata kepada Adam: "Hai, Adam! Sekarang cuba engkau sebutkan nama dari benda benda itu semuanya!"<br />
Dengan segera Adam menyebutkan nama dari tiap tiap benda yang dihadapkan Allah kepadanya, di hadapan kesemua Malaikat.<br />
Kemudian itu Allah lalu berfirman kepada Malaikat: "Bukankah Aku sudah katakan kepada kamu sekalian, bahawa Aku mengetahui apa yang kamu tidak mengetahui, tentang rahsia rahsia langit dan bumi, Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan."<br />
Buat Adam diberi Allah tempat di dalam Syurga. Makanan dan minuman tersedia serba cukup. Begitu juga apa saja yang ia inginkan. Tetapi sayang, Adam tinggal di Syurga itu seorang diri, sebatang kara. Tempat yang sebagaimana bagusnya, makanan dan minuman yang bagaimana juga lazatnya tidaklah memberikan kepuasan dan kebahagiaan yang sempurna. Manusia memerlukan teman, sekalipun hanya seorang, dengan siapa dia dapat mengemukakan suka dan dukanya, atau kasih dan sayangnya. Teman inilah yang tak dipunyai oleh Adam, sekalipun dia sudah mempunyai Syurga dengan segala kesenangannya. Sebab itu hidupnya selalu dalam kesepian.<br />
Allah tahu akan penderitaan yang berupa kesepian yang di derita oleh Adam di dalam Syurga itu. Dan Allah kasihan melihatnya. Oleh karena itu Allah akan menciptakan makhluk baru yang sama dengan Adam, tetapi jenis wanita, untuk menyempurnakan segala kekurangan dan kesepian dalam hidup Adam, untuk menjadi isterinya. Dengan tujuan yang lebih tinggi, ialah untuk meramaikan permukaan bumi, untuk membuat sejarah kebudayaan yang lebih menarik.<br />
Sejurus kemudian, Adam mengantuk, lalu tertidur. Di kala dia tertidur itulah, Allah s.w.t. menciptakan manusia kedua, jenis wanita, isteri Adam yang bernama Hawa. Setelah Adam terbangun dan membuka kedua matanya, dia melihat seseorang berdiri di samping, orang yang belum pernah dilihat Adam sebelumnya. Orang itu dipersilakan Adam duduk di sampingnya, dan kepadanya Adam lalu bertanya: "Siapakah engkau, dan siapa namamu?" Hawa menjawab: "Saya adalah wanita, dan aku belum tahu akan namaku sendiri." Bukan main senang dan gembiranya Adam melihat wanita itu berkata dan menggerak gerakkan badannya.<br />
"Engkau aku beri nama Hawa ertinya: Orang yang aku rindukan," kata Adam kepadanya.<br />
Para Malaikat datang dan bertanya kepada Adam: "Siapakah nama temanmu itu, ya Adam?"<br />
"Namanya Hawa," sahut Adam.<br />
Dengan isterinya yang bernama Hawa ini hilanglah kesepian dalam hidup Adam. Keduanya hidup berbahagia di dalam Syurga, aman dan tenteram, tak kenal takut dan lelah, makan-minum sepuas puasnya, kerana segala galanya tersedia serba cukup.<br />
Allah lalu berfirman kepada Adam: "Hai, Adam! Tinggallah engkau dengan isterimu di dalam Syurga ini. Makan dan minumlah sepuas puasnya. Tetapi awas, janganlah engkau berdua memakan buah dari pohon ini. Bila engkau berdua memakannya, bererti engkau berdua melanggar perintahKu, dan engkau berdua akan mengalami kerugian besar, dan bererti aniaya terhadap dirimu sendiri."<br />
Selain buah Khuldi itu, di dalam Syurga terdapat banyak dan bermacam ragam buah buahan. Semuanya boleh dimakan oleh Adam dan Hawa. Hanya buah Khuldi itu saja yang dilarang oleh Allah memakannya, agar dengan larangan itu, dapatlah Adam dan Hawa menahan hawa nafsunya, dan dengan adanya larangan itu Adam dan Hawa diuji tentang ingatan dan ketaatannya terhadap Allah. Kerana hanya dengan ketaatan inilah Allah dapat memberikan kesempatan bagi manusia untuk tetap tinggal di dalam Syurga bersenang senang dan berbahagia.<br />
Allah memberikan peringatan kepada Adam dan Hawa agar keduanya menjauhkan diri dari Iblis, jangan sampai menurutkan anjuran dan ajakan Iblis, karena Iblis sudah terang terang menyatakan dirinya sebagai musuh Adam dan anak cucunya buat selama lamanya, dan akan selalu sedaya upaya siang dan malam dengan tidak rasa letih dan tidak bosan bosan, untuk menjauhkan Adam dan semua anak cucunya dari kebahagiaan hidup.<br />
Allah berfirman kepada Adam: "Hai, Adam! Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu. Dia akan selalu menggoda engkau berdua agar engkau berdua terusir pula dari Syurga ini, sehingga engkau berdua hidup sengsara. Di Syurga ini engkau berdua dapat hidup bahagia, tidak akan menderita lapar dan susah."<br />
Begitulah Adam dan Hawa tinggal di dalam Syurga. Hidup senang dan bahagia, riang dan gembira. Sedang Iblis yang sudah diusir dari Syurga, selalu berikhtiar untuk dapat masuk Syurga kembali, guna menipu dan memperdayakan Adam dan isterinya.<br />
Pada suatu kali, Iblis berhasil dapat masuk ke dalam Syurga, bertemu dengan Adam dan isterinya. Iblis segera membujuk dengan berkata: "Hai, Adam! Aku datang untuk memberi nasihat yang baik kepadamu. Mahukah kamu aku tunjuk, bahawa di sana itu ada satu pohon yang amat lazat cita rasa buahnya. Bila buah yang lazat itu engkau makan, maka engkau dapat tinggal tetap di dalam Syurga ini buat selama lamanya, dan Syurga ini dapat engkau miliki sebagai satu kerajaan yang tak akan rosak buat selama lamanya bagi engkau berdua."<br />
"Buah apakah gerangan yang engkau maksudkan itu?" tanya Adam kepada Iblis. Iblis menunjuk ke arah pohon Khuldi yang sudah dilarang oleh Allah memakannya. Melihat isyarat Iblis itu, tahulah Adam bahawa Iblis sudah mulai menggoda dan menyesatkannya. Adam lalu berpaling menjauhkan diri dari Iblis.</span></div></span></div><img align="Left" alt="Batu dibawah Kubah Masjid Al Aqsa" border="" src="http://alhakelantan.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderpictures/rockdome.jpg" width="240" /><br />
<div><span style="font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: small;"><div><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Tetapi Iblis tidak lekas putus asa. Dia mendapat kesempatan yang kedua bertemu dengan Adam dan Hawa. Segera pula dia memujuk: "Larangan Tuhan kepada engkau berdua memakan buah Khuldi itu, dimaksudkan jika engkau berdua adalah Malaikat. Sedang engkau berdua bukan Malaikat. Jadi engkau berdua tidak terlarang memakannya." Adam dan Hawa tidak mengacuhkan pujukan halus itu. Keduanya berpaling dan menjauhkan diri dari Iblis itu.<br />
Sebagai telah diterangkan, ketika Iblis terusir dari Syurga, ia bersumpah dihadapan Allah bahawa ia dan anak keturunannya sampai hari kiamat akan berusaha menyesatkan Adam dan anak keturunannya. Bila ia gagal dalam usahanya yang pertama dan kedua, ia tidak akan berputus asa, pasti ia akan berusaha untuk ketiga, keempat sampai ke sekian juta kalinya dalam menyesatkan dan menggoda manusia Ia tahu betul, bahawa salah satu kelemahan manusia itu, ialah sering lupa. Iblis menunggu satu waktu, di mana Adam dan Hawa sudah lupa akan perintah Allah yang melarangnya memakan buah terlarang itu.<br />
Pada suatu ketika, setelah diselidikinya, Iblis tahu betul bahawa Adam dan Hawa dalam berlengah lengah kerana kesenangan di Syurga itu. Dan Iblis tahu betul bahawa Adam dan Hawa disaat itu sudah merasakan agak lapar atau dahaga. Ia masuk mendapatkan Adam dan Hawa setelah ia memetik sendiri akan buah yang terlarang itu. Langsung dia berkata kepada Adam dan Hawa:<br />
"Makanlah buah ini, demi Allah, aku ini bukan memujuk dan menyesatkan kamu, melainkan semata mata memberi nasihat yang baik, agar kamu berdua dapat menetap di Syurga ini untuk selama lamanya. Makanlah buah ini, makanlah!"<br />
Mendengar Iblis bersumpah dengan menyebut nama Allah, Adam dan Hawa mulai berfikir: "Tentu seorang tak akan berani bersumpah dengan menyebut nama Allah dengan sumpah yang bohong. Iblis itu tentu berkata benar." Disaat Adam dan Hawa mulai ragu ragu terhadap kebenaran perkataan Iblis itu, Iblis menyogokkan buah Khuldi itu kepada Adam dan Hawa. Melihat buah yang ranum dan harum semerbak itu, selera Adam dan Hawa mulai tertarik kepadanya. Adam dan Hawa lalu lupa akan larangan Allah yang melarangnya memakan buah itu. Buah itu diambilnya lalu dimakannya.<br />
Baru saja buah Khuldi itu masuk ke dalam rongga perut Adam dan Hawa, maka lenyaplah pakaian yang menutup aurat keduanya, sehingga kedua suami isteri itu menjadi telanjang. Kedua duanya pandang memandang dengan perasaan malu yang tidak terhingga. Keduanya segera menyembunyikan diri agar tidak dilihat Allah. Keduanya memetik dua helai daun kayu yang terdapat di dalam Syurga, untuk menutup aurat masing masing.<br />
Allah lalu berfirman kepada Adam: "Hai, Adam! Apakah engkau lari dari Aku?"<br />
Jawab Adam: "Bukan aku lari dari Engkau, ya Allah, tetapi aku malu dan takut kepada Engkau."<br />
Berkata Allah: "Bukankah Aku sudah melarang kamu berdua memakan buah itu! Dan Aku katakan pula, bahawa Iblis itu adalah musuhmu yang nyata? Tetapi kenapa engkau berdua masih memakan buah yang Aku larang itu?"<br />
Dengan menundukkan kepala serendah rendahnya, Adam dan Hawa minta ampun dan taubat kepada Allah: "Ya Allah Tuhan kami! Kami sudah aniaya terhadap diri kami. Kalau Engkau tidak sudi kiranya mengampuni dan mengasihani kami, sungguh kami akan merugi dan sengsara berpanjangan."<br />
"Ya, Aku perintah, tapi engkau berdua melanggar perintahku," kata Allah pula.<br />
"Maafkan dan ampunilah kiranya kami ini, ya Tuhan," kata Adam dan Hawa serentak.<br />
Kembali Tuhan berfirman dengan marah: "Aku telah beri tempat engkau berdua di SyurgaKu ini, dan Aku sediakan segala apa yang engkau inginkan. Hanya Aku larang engkau berdua memakan buah Khuldi itu. Apakah buah Khuldi itu lebih berharga bagi engkau berdua daripada Syurga dengan segala isinya ini?"<br />
Sahut Adam: "Sungguh tak aku kira Tuhan, Iblis berani berkata bohong kepadaku dengan menyebut namaMu."<br />
Allah lalu memutuskan dengan firmanNya: "Demi kemuliaanKu. Engkau berdua harus meninggalkan Syurga ini, turun ke bumi yang sudah lama terbentang, di mana engkau berdua juga dapat hidup, tetapi harus dengan bersusah payah, dan dengan mencucurkan keringat, kadang-kadang juga airmata."<br />
Dengan mata berlinang, sedih dan takut, Adam bersimpuh menundukkan kepala di hadapan Tuhan minta ampun: "Tuhanku! Tuhanku! Ampunilah aku, ampuni aku."<br />
Terhadap Adam, Hawa dan Iblis, Allah menetapkan putusan yang tak dapat di robah lagi dengan berfirman: "Kamu semua harus turun ke bumi. Disanalah tempatnya bagi kamu untuk hidup bermusuh musuhan, tipu menipu, perdaya memperdayakan, berhasad dan dengki. Aku beri kesempatan kepada masing masing kamu untuk hidup di bumi ini di dalam waktu yang terbatas, juga dengan segala macam kesenangan dan kesusahan yang terbatas pula. Nanti akan datang ajal kepada masing masing kamu, lalu masing masing kamu akan Aku panggil kembali kepadaKu, untuk mempertanggung jawabkan apa yang kamu sudah lakukan selama hidup dimuka bumi itu."<br />
Airmata semakin banyak jatuh bercucuran dari mata Adam dan Hawa. Keduanya menangis tersedu sedu, sambil menanggungkan sesal yang tidak terkira hebatnya atas kesalahan, lantaran godaan Iblis.<br />
Kepada Adam dan Hawa kembali Allah berfirman: "Di bumi, kamu akan selalu didatangi dan digoda oleh Iblis dan semua anak cucu dan kakitangannya. Di bumi, kamu akan menghadapi perjuangan yang berat menghadapi mereka. Tetapi kamu jangan takut. Kepadamu dan anak cucumu akan Aku turunkan petunjuk petunjuk (ajaran-ajaran agama). Siapa diantara kamu dan anak cucumu itu yang senantiasa mengikuti petunjukKu itu, dia tidak akan tersesat dan tidak akan sengsara."<br />
Tidak lama kemudian, tibalah Adam dan Hawa dipermukaan bumi yang fana. Diterimanyalah wahyu Ilahi yang pertama yang menyatakan, bahawa Allah sudah berkenan mengampuni dosa dan menerima taubat Adam dan Hawa. Sungguh Allah suka memberi ampunan dan taubat bagi siapa saja di antara hambaNya yang merasa dirinya bersalah dan suka minta ampun dan taubat<br />
Cerita Adam yang memakan buah terlarang, lalu dikeluarkan dari Syurga dan ditempatkan di bumi ini, sudah menyesatkan banyak manusia dari dahulu sampai sekarang. Mereka katakan bahawa dengan perbuatan Adam itu maka dia sudah berdosa sebesar besar dosa, sehingga Adam diusir Allah ke bumi ini. Bahkan bukan hanya Adam dan Hawa saja yang berdosa besar, melainkan juga seluruh anak keturunannya sampai hari kiamat. Demikian hebat dan besarnya dosa Adam dan keturunannya dengan kesalahan tersebut, tidak dapat diampuni begitu saja, sehingga Allah kerana kasihNya, menjelma menjadi anak manusia melalui perut seorang wanita, lalu mati di tiang salib untuk menebus dosa tersebut.<br />
Untuk menghindarkan manusia dari kesesatan yang nyata ini, Allah telah mengutus RasulNya yang terakhir, iaitu Muhammad s.a.w., untuk menyampaikan wahyu wahyu dari Allah, iaitu al-Quran. Berulang kali dalam al-Quran, Allah menyatakan bahawa Adam melanggar perintah Allah itu, adalah semata mata kerana terlupa sama sekali bukan kerana sengaja. Sebab itu, Adam dianggap Allah hanya tersalah, dan bukan berdosa yang tidak terampun. Semua kesalahan yang dilakukan manusia kerana lupa, tidaklah dianggap Allah sebagai dosa. Apalagi kesalahan Adam ini hanya sekadar memakan sebiji buah, tidaklah dapat dianggap sebagai kesalahan besar, melainkan hanya suatu kesalahan yang amat kecil dan kecil sekali.<br />
Tetapi bagaimanapun kecilnya kesalahan ini, kerana kesucian dan kesedarannya yang amat tinggi itu, Adam sangat menyesal, Adam mengeluh, Adam minta ampun dan taubat. Seorang yang dapat menyedari akan kesalahannya, bukanlah orang yang berdosa, melainkan seorang yang amat mulia, seorang yang amat suci.<br />
Berulangkali pula didalam al-Quran diterangkan, bahawa Allah sudah berkenan mengampuni kesalahan Adam yang kecil itu. Bahkan bukan hanya diampuni dan diberi taubat saja oleh Allah, melainkan kerana kesedarannya dan penyesalannya itu, Adam menjadi manusia yang terpilih, diberi petunjuk dan diangkat Allah menjadi Nabi. Adalah suatu kesesatan yang nyata, menganggap seorang Nabi orang berdosa.<br />
Begitu pun tentang dikeluarkannya Adam dan Hawa dari Syurga, lalu dipindahkan dan ditempatkan di bumi ini, bukanlah menunjukkan bahawa Adam berdosa. Kerana bukankah telah diterangkan bahawa sebelum Adam melakukan pelanggaran tersebut, Allah sudah menyatakan kepada seluruh Malaikat, bahawa Adam itu diciptakan Allah untuk menjadi Khalifah di bumi ini. Ertinya bahawa Adam dan anak cucunya, diciptakan Allah untuk menghuni bumi yang sudah terbentang luas. Adalah suatu kesesatan yang nyata pula, kalau di katakan bahawa manusia ditempatkan di bumi ini, kerana dosa dan kesalahan yang telah diperbuat Adam dan Hawa. Umat Islam harus membersihkan diri dari kesesatan yang nyata ini.<br />
Adam menurut ajaran agama kita Islam, selain manusia pertama, juga seorang Nabi dan Rasul. Kita umat Islam diwajibkan beriman kepada semua Nabi dan Rasul, serta mempercayai bahawa setiap Nabi dan Rasul itu harus bersih dari segala dosa, sekalipun sebagai manusia mungkin saja tersalah, iaitu kerana lupa dan lain lain. Kesalahan bukan dosa. Nabi nabi dan Rasul rasul yang lain pun pernah pula tersalah karena lupa. Nabi Muhammad s.a.w. pernah tersalah, iaitu mengakhiri sembahyang asar yang seharusnya empat rakaat, sesudah beliau baru saja melakukannya dua rakaat. Setelah diperingatkan oleh para Sahabat yang menjadi makmumnya, barulah beliau sedar, dan beliau langsung meneruskan sembahyang tersebut sampai empat rakaat.<br />
Lebih hebat lagi kesesatan sebahagian manusia yang mengatakan bahawa: kesalahan Adam itu menjadi dosa pula bagi semua anak cucunya sampai hari kiamat, yang mereka katakan dosa asal. Padahal semua manusia yang baru lahir, bersih dari segala dosa, sekalipun ibu bapanya berdosa atau bersalah. Tidaklah adil dan patut kalau seorang ibu atau bapa berdosa, lalu anaknya dianggap berdosa pula karena dosa ibu dan bapanya itu. Dosa itu baru timbul sesudah seorang anak menjadi baligh dan berakal (aqil baligh), kerana perbuatannya sendiri.<br />
Alangkah hebatnya dosa orang yang membawa manusia kepada agama kepercayaannya yang setiap waktu secara berulangkali mengatakan bahawa Nabi Adam berdosa. Mengambinghitamkan seorang manusia suci, Nabi dan Rasul, iaitu Adam, untuk mendapatkan pengikut, bukanlah suatu perbuatan yang suci, melainkan sebaliknya, suatu perbuatan yang tercela dan berdosa pula.<br />
Kisah Adam yang demikian itu disampaikan Allah kepada manusia dengan perantaraan Kitab SuciNya al-Quran, adalah sebagai pelajaran dan peringatan bahawa kita manusia sekalipun makhluk terbaik dan mulia tetapi tetap mempunyai kelemahan. Diantara kelemahan manusia itu ialah sifat pelupa. Dan disaat kita lupa itu, kita dapat diperdayakan dan disesatkan oleh Iblis. Hendaknya berhati hati sekali jangan sampai dapat disesatkan oleh Iblis itu.</span></div></span></div><img align="Left" alt="Masjid Al Hakim Cairo" border="" src="http://alhakelantan.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderpictures/masjidalhakimcairo.gif" width="240" /><br />
<div><span style="font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: small;"><div><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><strong>MULAI HIDUP BERKETURUNAN</strong><br />
Alangkah terkejutnya Adam dan Hawa setibanya dipermukaan bumi ini. Sungguh besar perbezaan Syurga dengan Bumi, seperti perbezaan siang dengan malam. Dilihat Adam dan Hawa bahawa bumi ini penuh dengan hutan belantara. Penuh dengan pokok pokok yang besar dan bercabang cabang.<br />
Didalamnya hidup segala macam binatang buas yang selalu hendak menerkam mangsanya. Singa, harimau, gajah, beruang, ular dan lain-lain sebagainya. Kerana takutnya terhadap binatang buas itu, Adam dan Hawa dengan bersusah payah, sedaya upaya mencari tempatuntuk bersembunyi. Disalah satu dataran tinggi, didapati Adam dan Hawa sebuah gua yang agak luas. Disanalah mereka menetap dan bersembunyi.<br />
Tetapi akhirnya Adam dan Hawa merasa dahaga dan lapar. Dengan bersusah-payah pula, keduanya harus keluar dari gua mencari air untuk diminum dan buah-buahan untuk dimakan. Tetapi tidak semua air dapat diminum dan tak semua buah dapat dimakan, Ada yang pahit, masin, masam, dan ada pula yang enak, manis dan gurih. Ya, ternyatalah, bahwa kehidupan didunia ini beza dengan kehidupan di Syurga dahulu. Kehidupan didunia ini setiap saat atau detik penuh dengan perjuangan. Setiap saat harus memeras otak, memeras tenaga dan keringat.<br />
Begitulah, setiap kali merasa dahaga dan lapar, Adam dan Hawa terpaksa berjalan sejauh jauhnya mencari air dan buah buahan. Sedang bahaya binatang binatang buas selalu mengancam jiwanya. Rupanya kehidupan dipermukaan bumi ini, adalah satu cara hidup yang selalu dalam proses dan peredaran, yang selalu silih berganti antara senang dan susah, dingin dan panas, naik dan turun, kenyang dan lapar, sihat dan sakit dan seterusnya. Segala macam penderitaan yang berbentuk dahaga, lapar, bahaya binatang buas dan lain-lain telah dapat menggerakkan akal dan fikiran Adam dan Hawa, bagaimana mereka dapat membebaskan diri dari penderitaan itu.<br />
Timbullah fikiran dalam hatinya untuk menanam pohon-pohon yang buahnya enak dimakan disekitar tempat kediamannya, agar dia terhindar dari bahaya binatang-binatang buas didalam hutan belukar mencari atau memetik buah-buah yang dia inginkan. Dengan mempergunakan dahan dahan kayu, tempat disekitar gua itu ditebasnya. Dipindahkannya ke situ pokok pokok yang dirasanya enak dimakan buahnya, untuk menghilangkan laparnya.<br />
Ya, Adam terpaksa memeras tenaga, mencucurkan peluh, memeras otak dan fikiran, untuk mendapatkan makanan menghilangkan lapar. Isterinya Hawa pun demikian pula. Dia terpaksa menolong Adam dengan tenaga yang ada padanya. Begitulah, bertahun tahun kemudian, Adam dan Hawa sudah dapat bercucuk tanam, dan sudah pandai pula berternak memelihara binatang ternakan seperti kambing dan ayam.</span></div></span></div><br />
<table align="Left" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td align="center" background="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif"><table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td background="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/border_gray_jigsaw_across.gif" colspan="3" height="15"><img alt="" border="0" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/blank.gif" /></td></tr>
<tr><td background="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/border_gray_jigsaw_down.gif" width="15"><img alt="" border="0" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/blank.gif" width="15" /></td><td><img alt="Masjid Nabawi" border="" hspace="0" src="http://alhakelantan.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderpictures/masjidnabawi.jpg" vspace="0" width="300" /></td><td background="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/border_gray_jigsaw_down.gif" width="15"><img alt="" border="0" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/blank.gif" width="15" /></td></tr>
<tr><td background="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/border_gray_jigsaw_across.gif" colspan="3" height="15"><img alt="" border="0" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/blank.gif" width="1" /></td></tr>
</tbody></table></td></tr>
</tbody></table></td></tr>
<tr><td><img alt="" height="10" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="1" /></td></tr>
<tr><td width="646"></td></tr>
</tbody></table><br />
</td></tr>
</tbody></table></td></tr>
</tbody></table><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td width="114"><img alt="" height="1" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="114" /></td><td width="510"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td width="509"></td></tr>
<tr><td><img alt="" height="10" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="1" /></td></tr>
<tr><td width="509"></td></tr>
<tr><td><img alt="" height="10" src="http://alhakelantan.tripod.com/imagelib/sitebuilder/layout/spacer.gif" width="1" /></td></tr>
<tr><td valign="top" width="509"><div><span style="color: #ccffcc; font-family: Times, 'Times New Roman'; font-size: small;"><div><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: black;">KETURUNAN PERTAMA </span></strong></span><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Dalam kehidupan bersuami isteri, Hawa mulailah hamil. Tidak lama kemudian lahirlah ke permukaan bumi ini turunan Adam dan Hawa yang pertama. Anak yang pertama ini lelaki seperti Adam. Anak itu diberi nama Qabil.<br />
Alangkah bahagianya Adam dan Hawa setelah dari pergaulannya berdua itu, lahir seorang manusia baru, anaknya yang pertama itu, menambah anggota masyarakat yang hanya terdiri dari dua orang menjadi tiga orang. Hawa mulai sibuk menjaga dan mengasuh anaknya, tidak dapat lagi keluar membantu Adam bercucuk tanam dan mengembala ternakan. Adam terpaksa keluar seorang diri dan bekerja. Setiap petang kalau dia sudah lelah, dia pulang kembali ke gua tempat kediamannya untuk istirahat, menemui isteri dan anaknya. Makanan yang didapatinya dibawanya pulang dan dimakannya bersama sama dengan isteri dan anaknya.<br />
Dengan begitu, kegembiraan hidup Adam dan Hawa diatas bumi tampaknya semakin hari semakin bertambah. Kegembiraan yang bertambah itu telah dapat menghilangkan kelelahan bekerja dan ketakutannya terhadap binatang binatang buas.<br />
Setelah berlalu pula kira kira setahun lamanya, kembali Hawa menjadi hamil. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua, seorang wanita. Dan anak perempuan ini dinamai Adik Qabil. Dengan kelahiran yang kedua ini, Adam dan Hawa semakin gembira hidupnya dan semakin rajin dan tekun bekerja mencari penghidupan.<br />
Begitulah dari tahun ke tahun, keluarga Adam selalu bertambah tambah dengan anak yang ketiga, seorang lelaki dinamai Habil, anak keempat seorang perempuan, dinamai Adik Habil, kelima, keenam dan seterusnya. Adam terpaksa bekerja lebih keras untuk mendapatkan makanan lebih banyak kerana bilangan keluarganya semakin besar.<br />
Adam dan Hawa menjadi semakin tua, sedang anak anaknya pun semakin besar dan meningkat dewasa. Qabil dan Habil sekarang sudah meningkat jadi muda remaja. Akal dan fikirannya mulai timbul. Timbul perasaan wajib menolong ibu bapanya, bekerja bertani dan menggembala, menghasilkan makanan dan minuman bagi keluarganya yang semakin besar, turut berjuang menjaga adik adiknya dari bahaya singa dan harimau, dan binatang-binatang buas lainnya.<br />
Mulai tampak perbedaan alam wanita dengan lelaki. Anak anaknya yang lelaki kebanyakan suka bekerja di luar rumah, bertani, berburu dan memelihara binatang binatang ternak. Sedang anak anaknya yang wanita suka bekerja di rumah, memasak makanan dan minuman serta menjaga adik adik dan mengurus keperluan keperluan rumahtangga.<br />
Sekalipun Qabil dan Habil dua bersaudara, sebapa dan seibu, dan sama lelaki, sama sama dibawah asuhan seorang ibu dan seorang bapa, tinggal didalam dan iklim yang sama, tempat yang sama pula, namun kudrat Ilahi dan kehendak Allahlah yang lebih menentukan segala sesuatu didalam alam yang luas ini. Keadaan rohani dan jasmani dari Qabil dan Habil tidaklah sama, berbeza satu dengan yang lain. Ada perbezaan besar. Qabil sekalipun lebih tua, tetapi badannya lebih kecil dan lemah. Habil sekalipun lebih muda, tetapi badannya lebih besar dan lebih kuat. Qabil sekalipun lebih tua dan berbadan lemah, tetapi tabiatnya amat kasar. Sedang Habil yang berbadan kuat dan besar, tetapi tabiatnya sangat baik dan perasaan yang sangat halus, lagi berbudi pekerti tinggi.<br />
Adam bermaksud akan membagi-bagikan perkerjaan kepada dua orang anaknya yang meningkat remaja itu. Qabil dengan tabiatnya yang kasar itu diserahi oleh Adam untuk bertani, mengolah tanah, menyangkul dan menebas hutan belukar, kerana tanah dan hutan belukar adalah barang mati yang tidak memerlukan perasaan halus dan cinta kasih.<br />
Ada pun Habil kerana perasaannya yang halus dan perasaan kasih sayangnya, diserahi oleh Adam untuk memelihara binatang ternak, iaitu kambing dan lembu yang dapat merasakan haus dan lapar, sakit dan senang, sebab itu perlu disayang, dicintai, harus diurus oleh manusia yang mempunyai perasaan halus dan rasa kasih sayang.<br />
Baru saja matahari terbit di waktu pagi, maka keluarlah Adam, Qabil dan Habil dari gua tempat kediaman mereka untuk bekerja. Qabil terus menuju ke hutan menebas belukar, ke ladang menyangkul, menaburkan benih atau menuai, bila tanam tanamannya sudah masak untuk dituai.<br />
Sedang Habil menuju ke padang rumput untuk memelihara dan menggembalakan ternaknya. Adam kadang kadang pergi berburu, mencari ikan atau burung, untuk dimakan dagingnya sebagai lauk pauk. Atau pergi mencari air untuk di minum dan memandikan anak anak dan isterinya. Kalau matahari sudah hampir tenggelam, siang akan berganti dengan malam, mereka kembalilah ke gua tempat kediaman mereka. Qabil membawa buah buahan dan sayuran, Habil membawa susu, sedang Adam membawa burung-burung dan ikan hasil buruannya. Sesudah semua buah tangan itu dimasak oleh Hawa, mereka makanlah bersama sama dengan enaknya.<br />
Diwaktu dan sesudah makan bersama ini, timbullah fikiran pada Adam untuk mengajar anak anaknya bersyukur kepada Allah yang telah memberi mereka rezeki sebanyak itu.<br />
Lihatlah kata Adam kepada anak-anaknya: "Kita ini tidak akan ada kalau tidak diciptakan oleh Allah. Allahlah yang menciptakan diri kita masing-masing. Diciptakan Allah pula bumi yang lebar dan luas ini untuk tempat tinggal kita. Lihatlah, alangkah luas dan lebarnya bumi Allah yang kita tempati ini. Di sinari oleh matahari di waktu siang dan oleh bulan dan bintang-bintang, diwaktu malam. Ditumbuhkan Allah segala macam tumbuh-tumbuhan, dikembangkan Allah segala macam binatang binatang untuk menjadi rezeki kita. Marilah kita menyembah kepada Allah dan mensyukuri segala nikmat dan rahmatNya kepada kita."<br />
Untuk menguji tentang keimanan dan kesyukuran kedua orang anaknya yang sudah remaja itu, Adam menyuruh kedua orang anaknya yang bernama Qabil dan Habil itu untuk pergi ke puncak sebuah gunung. Kedua dua orang anaknya itu disuruh oleh Adam membawa sebahagian dari penghasilan masing masing, dan meletakkan penghasilannya di puncak gunung itu, agar dapat dimakan oleh makhluk Allah yang mana saja membutuhkannya, iaitu makhluk makhluk Allah yang tidak pandai bercucuk tanam dan memelihara binatang ternak. Pekerjaan ini dinamai Adam berkorban, berzakat dan beribadat.<br />
Pekerjaan berkorban, berzakat dan beribadat ini amat cocok dan sesuai dengan perasaan Habil, kerana dengan perasaannya yang halus dan fikirannya yang dalam, dia dapat merasakan kebesaran Allah yang banyak nikmat pemberianNya. Apalagi pengorbanan tersebut, akan dapat pula menolong beberapa macam binatang-binatang yang dalam kehausan atau kelaparan.<br />
Adapun Qabil dalam hatinya sangat menentang pekerjaan itu. Mengorbankan sebahagian dari hasil kerjanya yang diperdapatnya dengan penat lelah, untuk dijadikan zakat atau ibadat terhadap Allah, dianggapnya satu pekerjaan yang tidak berguna, atau pekerjaan orang bodoh dan merugikan. Alangkah susahnya mencari rezeki, katanya, kenapa rezeki itu dilemparkan ke puncak gunung untuk dimakan binatang binatang yang tidak ada gunanya. Iblis yang dilontarkan Allah ke bumi, rupanya sudah mulai menjalankan peranannya, untuk memesongkan hati manusia dari amal dan perbuatan yang baik. Habil rupanya tak mampu digoda dan diperdayakannya. Tetapi Qabil merupakan tanah yang subur bagi Iblis untuk menjalankan tipu dayanya.<br />
Iblis sudah dapat memasuki salah satu kelemahan dari unsur manusia dengan saluran kecintaan manusia kepada harta benda. Harta dan kekayaan adalah satu alat buat Iblis untuk memperdayakan manusia. Untuk berkorban ini, Habil memilih kambingnya yang terbaik dan tergemuk. Sesudah disembelihnya, lalu ditaruhkannya dipuncak gunung, sebagai korban dan tanda terimakasihnya terhadap Allah yang telah memberikan rezeki.<br />
Qabil sekalipun dengan perasaan enggan dan terpaksa, juga melakukan ibadat korban itu. Tetapi untuk korban ini dia memilih buah-buahan yang tidak baik, yang sudah setengah busuk, kerana hatinya memang tidak baik dan busuk pula.<br />
Baik Habil atau Qabil lalu meletakkan korban masing-masing dipuncak gunung, dengan harapan korban itu akan diterima oleh Allah dengan penerimaan yang baik. Pada hari berikutnya, pergilah kedua bersaudara itu diiringkan oleh bapaknya Adam, untuk melihat, apakah korban korban itu sudah diterima oleh Allah atau tidak.<br />
Ternyata bahawa korban Habil sudah tidak ada lagi, bererti sudah diterima oleh Allah dengan baik. Tetapi korban Qabil yang terdiri atas buah-buahan yang tidak elok dan busuk itu, masih saja ada disitu bahkan sudah menjadi lebih busuk. Itu bererti bahwa korban Qabil tidak diterima oleh Allah.<br />
Bukan main girangnya Habil melihat yang korbannya diterima dengan baik oleh Allah. Dia lalu bersyukur dan berterimakasih. Qabil menjadi marah dan irihati, kerana korbannya tidak diterima oleh Allah. Dengan marah dia berkata kepada bapanya: "Korban si Habil diterima oleh Allah, kerana bapa mendoakan baginya. Korban saya tidak diterima oleh Allah, kerana bapak tidak suka mendoakan bagi saya."<br />
Adam lalu menjawab: "Habil mengorbankan barang barang yang baik, kerana hatinya baik. Korbannya diterima oleh Allah, kerana Allah suka kepada barang-barang yang baik. Sedang engkau mengorbankan buah buahan yang tidak baik dan busuk. Itu menunjukkan yang hatimu busuk. Korbanmu tidak diterima oleh Allah, kerana Allah tidak suka kepada barang-barang yang busuk dan tidak baik."<br />
Qabil menjadi marah dan irihati kerana korbannya tidak diterima oleh Allah. Dengan marah dia berkata kepada adiknya Habil, sekalipun Habil tidak bersalah apa apa terhadap dirinya. Tetapi begitulah caranya Iblis menggoda manusia tanpa alasan yang tepat pun. Iblis dapat menggoda manusia manusia yang lemah jiwa dan batinnya, lemah imannya untuk membenci saudaranya sendiri yang tak bersalah apa apa. Sesungguhnya tipu muslihat Iblis itu halus dan licin sekali.<br />
Qabil pulang ke rumahnya dengan hati yang marah dan menggerutu. Kepalanya digeleng gelengkan tanda marah yang bersangatan. Marah kepada saudaranya Habil yang baik dan tidak bersalah apa apa terhadap dirinya. Bukan marah terhadap dirinya sendiri yang tidak baik dan busuk itu.<br />
Ya, begitu halusnya godaan Setan dan Iblis terhadap manusia, untuk mengeruhkan pergaulan sesama manusia dalam kehidupan di permukaan bumi ini. Setelah masing masing anak Adam itu meningkat dewasa, maka anak anak lelaki mulai merasakan keperluan terhadap isteri, sedang anak anak perempuan merasakan keperluan terhadap suami, kerana memang demikianlah sunnah yang ditetapkan Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk berjiwa lainnya.<br />
Sekalipun masyarakat manusia di masa hidupnya Adam itu baru terdiri atas beberapa orang lelaki dan beberapa orang wanita saja, namun begitu untuk memenuhi hasrat bersuami isteri ini agar berjalan dengan teratur, maka Allah menetapkan beberapa aturan (syari'at) yang harus dijalankan oleh masing masing manusia yang menjadi anggota masyarakat yang kecil itu.<br />
Ditetapkan Allah syari'at (aturan) bagi anak anak Adam dan Hawa yang sudah dewasa itu, iaitu aturan yang sangat sederhana sekali. Qabil anak pertama, boleh kawin dengan Adik Habil anak keempat, sedang Habil anak ketiga boleh kawin dengan Adik Qabil anak kedua. Jadi masing masing Qabil dan Habil tidak boleh kawin dengan adiknya sendiri. Syari'at itu diwahyukan Allah kepada Adam. Adam menyampaikan wahyu ini kepada isteri dan anak anaknya yang sudah berhasrat kawin itu. Syari' at ini diterima dengan segala ketaatan dan kepatuhan oleh Adam, Hawa dan anak anaknya.<br />
Hanya Qabil yang tidak mahu tunduk terhadap syari'at yang ditetapkan Allah ini. Iblis mendapat peluang yang baik sekali dengan perantaraan perasaan berahi antara lelaki dan wanita, dengan perantaraan nafsu dan keinginan keinginan hidup manusia. Kepada Qabil dibisikkan oleh Iblis bahwa Adik Qabil lebih cantik dari Adik Habil.<br />
Kata Iblis kepada Qabil: "Jangan kamu tunduk kepada penetapan bapamu yang tidak adil itu. Adikmu sendiri jauh lebih cantik dari Adik Habil. Kenapa bapa menyuruh kamu kawin dengan Adik Habil yang tak cantik, sedang adikmu yang cantik itu disuruh berikan kepada Habil untuk menjadi isterinya?"<br />
Dengan pujukan Iblis ini, mulailah ketara nafsu yang tidak mahu menurut putusan dengan segala macam alasannya. Kecantikan seorang wanita telah dapat dipergunakan oleh Iblis untuk menimbulkan perselisihan antara dua orang lelaki yang bersaudara kandung itu. Ini bukan hanya terjadi ke atas diri anak anak Adam dan Hawa dahulu kala, tetapi masih terjadi pada anak cucu Adam dan Hawa yang hidup diabad ini, atau zaman moden sekarang ini.<br />
Adam dan Hawa sebagai bapa dan ibu mulai pening memikirkan bagaimana caranya agar dia dapat memenuhi keinginan anak anaknya dengan tidak melanggar syari'at yang sudah ditetapkan Allah, agar tetap hidup dalam keadaan aman tenteram dan selamat dimuka bumi ini.<br />
Bila syari'at Allah dijalankan akan terjadi perselisihan antara anak anaknya. Bila keinginan anaknya yang diteruskan akan terjadi keengkaran terhadap syari'at yang ditetapkan Allah. Satu kesempatan yang amat baik sekali bagi Iblis untuk menjalankan tipudaya dan siasatnya. Perselisihan antara manusia sesama manusia adalah jalan yang amat lurus bagi Iblis untuk sampai pada tujuannya.<br />
Kesempatan baik ini, tidak disia-siakan Iblis. Iblis segera datang berbisik ke telinga Qabil: "Hai, Qabil! Janganlah lekas putusasa. Ada satu cara yang amat mudah untuk mengatasi jalan buntu antara engkau dan adikmu Habil, untuk menyampaikan hasrat hatimu kawin dengan adikmu yang cantik itu. Jalan satu-satunya ialah supaya kamu bunuh saja adikmu yang bernama Habil itu."<br />
Mula mula Qabil agak ragu ragu terhadap cara penyelesaian yang dianjurkan Iblis itu. Iaitu dengan cara membunuh Habil, adik kandungnya sendiri, saudara yang seibu dan sebapa dengan dia, selapik seketiduran, kadang-kadang sebantal sekalang hulu.<br />
Beberapa hari lamanya Qabil termenungmenung tidak keruan hidupnya. Berdiri bermenung, duduk bermenung, tidur tak berasa puas, makan tak berasa enak. Duduk termenung dan melamun adalah merupakan tanah yang amat subur pula bagi Iblis untuk menanam siasat dan tipu dayanya terhadap manusia. Orang yang duduk bermenung bererti fikirannya menjurus ke satu jurusan saja. Dia lupa akan jurusan jurusan lain dalam hidupnya. Apalagi kalau yang dimenungkan itu hal yang tak baik. Dia akan lupa akan kemaslahatan dirinya. Apa lagi kemaslahatan ibu bapa dan keluarganya. Dia akan lupa akibat akibat yang akan timbul dari perbuatannya itu. Di saat yang amat kritikal dalam menungannya itu, Iblis datang langsung menemui Qabil dengan anjuran yang lebih tegas:<br />
"Bunuh saja, hentam saja, jangan fikir panjang lagi !"<br />
Melihat keadaan dan tabi'at Qabil yang luarbiasa itu, Adam, Hawa, Habil seluruh anggota anggota keluarganya menjadi gelisah. Masing-masing mereka mencoba memberi nasihat kepada Qabil. Berkata Adam kepada Qabil: "Jangan engkau perturutkan ajakan Setan dan Iblis. Tunduklah kepada syari'at yang ditetapkan Allah yang telah disetujui oleh ibu bapamu sendiri." Habil dengan hati yang lapang dan pandangan yang luas mencuba menasihati abangnya yang sudah lupa daratan itu: "Lebih baik engkau mencari jalan yang hak, hai saudaraku, menempuh jalan yang membawa selamat, menjauhkan diri dari jalan yang membawa celaka dan kesengsaraan yang berlarut larut."<br />
"Ketahuilah, saudaraku," katanya lagi, "bahawa apa yang terjadi ini adalah syari'at dan takdir yang sudah ditentukan Allah. Ibu dan bapak, begitupun saya sendiri hanya semata-mata menjalankan perintah dan syari'at Allah itu. Kita sekalian diciptakan Allah hidup di permukaan bumi ini, adalah semata mata untuk dapat menjalankan syari'at dan untuk mengabdikan diri kita kepada Allah yang menciptakan kita itu. Sungguh engkau akan berdosa bila keluar dari jalan yang hak sudah ditentukan Allah. Maka lebih baik engkau minta ampun atas dosamu itu, sebagaimana saya selalu minta ampun dan menyerahkan nasib dan untungku seluruhnya kepada Allah yang menciptakan seluruh alam ini."<br />
Nasihat yang bagaimana juga baik dan benarnya, rupanya tidak berbekas pada jiwa yang penuh nafsu yang sedang bergejolak membakar. Qabil malah menjadi semakin galak garang. Dia segera mendekati adiknya Habil yang masih memberi nasihat dan berkata: "Engkau jangan banyak bicara. Engkau pasti saya bunuh."<br />
Dengan hairan dan sabar, Habil menjawab: "Kenapa kau hendak bunuh aku?" "Kerana bapa dan Allah lebih suka kepada engkau," jawab Qabil. "Dengan membunuh saya, keadaan tidak akan berubah, malah bapak dan Tuhan akan semakin marah terhadap engkau," jawab Habil. "Tak peduli, engkau pasti aku bunuh, agar senang hatiku," kata Qabil dengan garangnya. Sekalipun Habil jauh lebih kuat badannya dari Qabil, kerana budinya yang tinggi, dia tetap bersabar diri dan berkata: "Sekali pun engkau telah mengacungkan tangan untuk membunuhku, saya tetap tidak akan menggerakkan tangan untuk membunuhmu. Saya takut kepada Tuhan Semesta Alam."<br />
Habil terus berjalan menuju tempat kediamannya, Qabil mengikutinya dari belakang dengan hati mengkal. Setibanya di gua, masih saja dia mengkal dan marah. Dicobanya menidurkan mata, tidak mahu tidur. Semalam malaman itu dia tak sepicing juga dapat tidur. Dadanya berasa mengah.<br />
Disaat itu datang lagi Iblis meniup-niup hatinya yang sudah panas itu dengan berkata: "Bunuh Habil, bunuh Habil, bunuh Habil !"<br />
Diwaktu pagi sebagai biasa, Habil bangun dari tidurnya. Dengan perasaan lega dia menuju ke padang rumput menggembalakan ternaknya. Qabil yang sedang diperkuda oleh Iblis dengan sembunyi sembunyi mengikutinya dari belakang. Maksudnya untuk membunuh Habil yang tidak ragu ragu lagi, malah bertambah menyala nyala. Dikala matahari, bulan, bintang bintang beredar diangkasaraya menjalankan perintah Tuhannya, dikala burung burung berkicau bersiul berterbangan ke sana ke mari menjalankan tugasnya masing masing sambil bertasbih mensucikan Tuhan Yang Maha Suci, Qabil dengan mencapai dahan kayu yang amat keras dan berat memukul kepala Habil dari belakang sekuat hatinya.<br />
Darah bertumpah dan mengalir membasahi permukaan bumi buat pertama kali. Habil menjerit kesakitan, badannya terhempas ke bumi dan bergeletar. Terjadilah apa yang disangsikan para Malaikat terhadap manusia, ketika Malaikat diberitahu Allah bahwa manusia akan diciptakan Allah untuk menjadi Khalifah (pengatur) diatas bumi. Malaikat sangsi bahwa manusia akan berbuat binasa di bumi dan akan menumpahkan darah. Kesangsian itu kini untuk pertama kalinya sudah terjadi, mungkin akan disusul pula dengan kejadian-kejadian kedua, ketiga, keempat dan sampai entah ke berapa kali lagi; bahkan pembunuhan itu bukan hanya dilakukan oleh seorang manusia terhadap seorang manusia saja, tetapi akan terjadi pembunuhan pembunuhan besar, beribu-ribu manusia dengan alat alat pembunuhnya yang terkejam dan termoden akan membunuh beribu ribu manusia lainnya, manusia yang bersalah dan tidak bersalah, wanita atau anak anak di bawah umur sekalipun.<br />
Setelah melihat darah mengalir membasahi bumi, serta mendengar jeritan Habil yang memilu dan menyayat perasaan itu, maka Iblis yang memperkudanya itu tersenyum simpul, lalu pergi meninggalkan mangsanya, sebagai seorang yang menang, kerana helah dan tipudayanya sudah berhasil. Makin yakin ia akan kelebihan dirinya dan akan kelemahan atau kekurangan Bani Adam (manusia).<br />
<br />
Sepeninggalan Iblis itu, Qabil mulai sedar akan kebodohan dirinya. Perasaan menyesal atas perbuatan yang baru dilakukannya mulai tumbuh, muncul dengan perlahan dari lubuk hatinya. Teringatlah ia, bahawa adiknya (Habil) adalah seorang baik dan tidak bersalah apa apa. Mulailah dia merasakan bahawa perbuatannya itu amat kejam. Mulai timbul kesedaran, bahawa dia bersalah besar. Tidak ada keuntungan yang diperolehinya dari pembunuhan ini. Dan tidak mungkin pembunuhan ini akan membawa kesenangan hatinya. Malah sebaliknya, hatinya bertambah gundah, dia merasa rugi, kosong dari perasaan aman dan tenteram. Apalagi setelah dilihat dengan mata kepalanya sendiri keadaan adiknya Habil yang bergeletar ditanah menghadapi sakaratul maut. Suara rintihannya semakin halus, akhirnya hilang lenyap. Sebaliknya seluruh anggota badannya semakin hebat menghempas ke kiri dan ke kanan menandakan rasa sakit yang tak terhingga. Nafasnya sesak, seakan akan jantung dan paru parunya sudah tidak kuasa lagi menghirup udara atau hawa. Akhirnya seluruh gerakgerinya berhenti, sekujur badannya menjadi lemah longlai, dan dia lalu menghembuskan nafas yang terakhir.<br />
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun." Ya, semua manusia akan mati. Bahkan semua makhluk berjiwa akan mengalami mati. Kerana begitulah sunnah Ilahi yang menciptakan seluruh makhluk berjiwa ini. Kerana Allah sudah menetapkan dari azal, bahawa kehidupan didunia ini hanya buat sementara saja, hanya sebagai singgah dalam perjalanan ke arah penghidupan yang kekal dan abadi di akhirat. Diakhirat nanti akan diperhitungkan satu persatu amal dan kerja setiap manusia selama hidupnya di dunia ini. Setiap amal, buruk dan baik, kecil dan besar tidak ada yang tertinggal dan tidak kena perhitungan itu. Semua akan mendapat balasan yang setimpal. Perbuatan baik balasannya baik.<br />
Perbuatan jelek atau jahat pembalasannya jahat pula. Orang yang hidupnya teraniaya di permukaan bumi ini janganlah terlalu bersedih hati. Bersabarlah, Tuhan sanggup membalikkan penganiayaan itu ke alamat asalnya. Dan orang yang menganiaya, jangan terlalu bergembira dalam hidup, pasti akan merasakan sakit dan pedihnya penganiayaan yang dia lakukan itu !<br />
Angin sepoi mulai berhembus dan bertiup. Semua daun daun kayu bergerak dan berdesir. Hembusan angin sepoi itu seakan akan menjamah sekujur tubuh Habil yang sudah tak bernafas lagi itu sebagai hiburan dan tanda turut berdukacita. Sedangkan desiran daun daun seakan akan bertasbih meratapi dan meucapkan selamat jalan kepada jenazah Habil yang sedang pulang kembali ke Rahmatullah.<br />
Adapun Qabil mendengar desiran daun dihembus angin sebagai bisikan yang mengecam dan mengutuknya: "Qabil, engkau pembunuh, engkau pembunuh, engkau kejam, engkau kejam, bodoh, engkau bodoh."<br />
Burung burung dan binatang binatang buas dengan berbagai bunyi, seakan akan berkata kepadanya menyesali perbuatannya itu: "Engkau pembunuh, engkau kejam."<br />
Qabil mulai mengerang panjang. Dia mulai merasa takut. Badannya berasa berat dan kakinya berasa lemah. Tiba tiba dia tersungkur jatuh disamping jenazah adiknya Habil. Dia memanggil manggil: "Habil! Habil! Habil !"<br />
Habil tidak menjawab, kerana dia sudah menghembuskan nafas yang terakhir, telah bercerai jiwa dengan raganya. Tinggallah Qabil termangu mangu disamping jenazah adiknya. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Apakah jenazah adiknya itu akan ditinggalkannya begitu saja sehingga biar dimakan serigala dan burung burung?<br />
Tak sampai hati dia meninggalkannya begitu saja. Akhirnya jenazah itu dipikul ke bahunya dan dibawanya. Tetapi dia tidak tahu ke mana jenazah itu akan dibawanya dan akan diapakan jenazah itu. Dia terus berjalan dan berjalan. Akhirnya dia menjadi letih, lalu berhenti melepaskan lelah. Hatinya sedih dan mulai berkhayal agar adiknya hidup kembali. Sesalnya bertambah tambah, sehingga dia menjadi tak keruan dan gelisah. Mulai dia marah kepada dirinya sendiri.<br />
Setelah letihnya agak berkurang kembali jenazah adiknya itu dipikulnya ke bahunya. Dia berjalan tidak bertujuan. Setelah penat, dia berhenti pula melepaskan lelah. Begitulah berulang ulang sampai letih dan lesu, dibawah terik panas matahari.<br />
Tiba tiba dia melihat dua ekor burung gagak berkejar kejaran. Kedua burung gagak itu sama menyiruk ke bawah, hinggap ditanah. Keduanya berkelahi sehebat hebatnya, tikam menikam, pukul memukul dengan paruhnya masing-masing. Salah satu di antara kedua burung itu kena pukul yang keras sekali, sehingga patah lehernya. Burung yang kena pukul itu bergeletar ditanah menghempaskan diri. Tak lama kemudian burung itu mati.<br />
Setelah mengetahui bahawa burung yang kena itu sudah mati, lalu burung yang masih hidup menggali lubang ditanah dengan menggunakan kaki dan paruhnya. Setelah lubang itu menjadi besar dan dalam, gagak yang hidup menarik gagak yang mati dengan paruhnya ke dalam lubang. Lubang itu lalu ditutupnya kembali dengan tanah. Gagak yang masih hidup lalu terbang meninggalkan tempat itu<br />
Melihat itu, Qabil takjub hairan sekali dan berkata kepada dirinya sendiri: "Rupanya aku ini jauh lebih bodoh dari gagak yang hitam itu." Dia lalu meniru gagak itu. Lubang digali, lalu jenazah adiknya dimasukkan dalam lubang itu, dikuburkan dan ditimbunnya dengan tanah.<br />
Setelah agak lama Habil dan Qabil tidak pulang, Adam dan Hawa mulai khuatir dan cemas. Adam lalu berangkat mencari kedua orang anaknya itu.<br />
Alangkah terperanjatnya Adam melihat darah tertumpah ditanah membasahi bumi. Dadanya bergoncang, hatinya berdebar, Adam berteriak sekeras kerasnya kepada Qabil: "Qabil, apa yang engkau lakukan terhadap saudaramu?"<br />
Bergetar tubuh Qabil mendengar teriakan bapanya yang luarbiasa itu. Alam seluruhnya dirasakan turut bergetar dan berteriak kepadanya: "Hai, Qabil ! Apa yang engkau lakukan terhadap adikmu sendiri?"<br />
Qabil terus lari dan lari, dicelah gunung yang tinggi, melintasi jurang jurang yang dalam. Dengan hati yang penuh ketakutan, badan gemetar dan jiwa gelisah. Bukit, gunung, jurang, pohon dan binatang apa saja yang ia jumpai, seakan akan turut mengejar dari belakang dan benteriak teriak kepadanya: "Pembunuh, pembunuh, pembunuh."<br />
Qabil lari dan lari tenus, tak dapat merasa ketenangan dan kesenangan buat selama lamanya. Dunia ini baginya sejak waktu itu adalah tempat pelarian dan ketakutan, kerana dia sendiri yang membuat dirinya diselubungi ketakutan, sehingga menyangka musuh terhadap apa saja yang ia jumpai dan temui. Begitu susahnya didunia ini, belum lagi dia di akhirat nanti.... !<br />
Adam dan Hawa kehilangan dua orang anak sekaligus. Seorang meninggal dunia dan seorang lagi hilang tak tentu ke mana perginya. Terhadap yang sudah meninggal, Adam dan Hawa mendoakan kepada Allah: "Ya Allah, ampunilah dia; turunkanlah rahmatMu kepadanya di Alam Banzakh, dan berilah ia tempat di Syurga di Alam Akhirat nanti."<br />
Terhadap anaknya yang hilang, Adam dan Hawa tak benputusasa, mudah mudahan dia dapat kembali dengan kesedaran dan keinsafan, dapat menginsafi segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya, akhirnya dapatlah ia menjadi manusia yang berguna hidupnya didunia ini bagi ibubapa dan adik adiknya. Terhadap anak anaknya yang lain, Adam memperingatkan bahawa kita manusia hidup dipermukaan bumi ini bukan sendirian. Disamping kita manusia ada Setan dan Iblis yang menjadi musuh kita sampai ke anak cucu dan keturunan kita buat selama lamanya.<br />
Adam dan Hawa menerangkan kepada anak anaknya pengalaman hidupnya berdua selama berada di dalam Syurga, bagaimana hebat dan halusnya godaan Iblis. Sekalipun dikala itu, kerana sama sama berada dialam Syurga. Adam dan Hawa dapat melihat Iblis dan dapat mendengar suaranya, Adam dan Hawa masih dapat tergoda olehnya. Apalagi sekarang setelah berada dialam bumi, dimana kita manusia tidak dapat lagi melihat Iblis dan tidak dapat mendengar suaranya, sedangkan Iblis tetap dapat melihat kita manusia, maka godaan Iblis dimuka bumi ini pasti jauh lebih hebat dan jauh lebih merbahaya bagi kita manusia.<br />
Iblis adalah musuh kita yang dapat melihat kita dan kita tidak dapat melihatnya. Dengan begitu perjuangan kita terhadap Iblis adalah perjuangan atau perkelahian yang tidak setaraf. Tidak ubah saperti penkelahian dua orang manusia: yang pertama dengan mata terbuka dan yang kedua dengan mata tertutup. Dapatlah kita pastikan, orang yang dengan mata terbuka akan selalu menang, dan orang yang dengan mata tertutup akan selalu kalah.<br />
Tetapi kita manusia jangan sedih. Tuhan Maha Pengasih dan Maha Adil. Kepada kita manusia diberi Tuhan satu cara untuk membutakan mata Iblis terhadap kita, iaitu bila kita mohon perlindungan Allah dari godaan Iblis dengan membaca: "A'uzubillahi minasy Syaitanir Rajim." Dan kepada kita manusia diberi kekuatan yang dinamakan iman, iaitu kepercayaan penuh terhadap Allah. Dengan keimanan yang kukuh dan kuat, Iblis tidak sanggup menggoda manusia. Iblis malah menjadi takut dan lari dari manusia yang beriman itu. Iblis malah tidak berani mendekatinya.</span></span></div></span></div></td></tr>
</tbody></table></td></tr>
</tbody></table>Amin Gunawan Asmauhttp://www.blogger.com/profile/18309777855086132926noreply@blogger.com0